Pernahkah Anda menangis -dalam keadaan sendirian-
karena takut siksa Allah Ta’ala? Ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan
jaminan selamat dari neraka. Menangis karena takut kepada Allah Ta’ala akan
mendorong seorang hamba
untuk selalu istiqamah di jalan-Nya, sehingga akan menjadi perisai dari api
neraka. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Tidak akan masuk neraka seseorang
yang menangis karena takut kepada Allah sampai air susu kembali ke dalam
teteknya. Dan debu di jalan Allah tidak akan berkumpul dengan asap neraka
Jahannam”. (HR.
at-Tirmidzi, no. 1633, 2311; an-Nasa‘i 6/12; Ahmad 2/505; al-Hakim 4/260;
al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 14/264.)
Mengapa
harus Menangis?
Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan
Allah Ta’ala dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan
kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan
siksa Allah Ta’ala kepadanya.
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
"Sesungguhnya seorang Mukmin
itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia
khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat
dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia
mengusirnya dengan tangannya -begini-, maka lalat itu terbang”. (HR.
at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah)
Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata:
“Sebabnya adalah, karena hati seorang
Mukmin itu diberi cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi
hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah
perumpamaan dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain
runtuhnya gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari
musibah-musibah itu. Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa
seseorang, umumnya dia tidak akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut
seorang Mukmin (kepada siksa Allah Ta’ala -pen) itu mendominasinya, karena
kekuatan imannya menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah
keadaan seorang Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allah-pen) dan
bermuraqabah (mengawasi Allah). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan
khawatir terhadap amal buruknya yang kecil”.
(Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)
(Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)
Apalagi jika dia memperhatikan berbagai
bencana dan musibah yang telah Allah Ta’ala timpakan kepada orang-orang kafir
di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman
dari siksa Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan begitulah adzab Rabbmu apabila
Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya
adzab-Nya sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari
Kiamat itu adalah suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya,
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami
tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Saat hari itu
tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di
antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia. Adapun orang-orang yang
celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan
menarik nafas (dengan merintih)”. (Qs Hud:102-106)
Ketika dia merenungkan berbagai kejadian
yang mengerikan pada hari Kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti
manusia di akhirat, semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allah
Ta’ala al-Khaliq.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Hai manusia, bertakwalah kepada
Rabbmu. Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang
sangat besar (dahsyat). (Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan
itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya,
dan semua wanita yang hamil gugur kandungan. Kamu melihat manusia dalam keadaan
mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi adzab Allah itu
sangat keras”. (Qs al-Hajj:1-2)
Demikianlah sifat orang-orang yang
beriman. Di dunia, mereka takut terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha
menjaga diri dari siksa-Nya dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Maka, Allah Ta’ala memberikan balasan sesuai dengan
jenis amal mereka. Dia memberikan keamanan di hari Kiamat dengan memasukkan
mereka ke dalam surga-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan sebagian mereka (penghuni
surga-pent) menghadap kepada sebagian yang lain; mereka saling bertanya. Mereka
mengatakan: “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga,
kami merasa takut (akan diadzab)”. Kemudian Allah memberikan karunia kepada
kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu beribadah
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha
Penyayang”. (Qs ath-Thur:25-28)
Ilmu
adalah Sebab Tangisan karena Allah Ta'ala
Semakin bertambah ilmu agama seseorang,
semakin tambah pula takutnya terhadap keagungan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam
warna (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”. (Qs Fathir:28)
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
“Surga dan neraka ditampakkan
kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.
Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit
tertawa dan banyak menangis”.
Anas bin Malik radhiyallahu'anhu
-perawi hadits ini- mengatakan:
Tidaklah ada satu hari pun yang
lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka
sambil menangis sesenggukan”. (HR. Muslim, no. 2359)
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah
melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga
pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah
aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah
aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku ketahui, semua yang aku lihat hari
ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa
dan banyak menangis”. (Syarh
Muslim, no. 2359)
Hadits ini menunjukkan anjuran menangis
karena takut terhadap siksa Allah Ta’ala dan tidak memperbanyak tertawa, karena
banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.
Lihatlah para Sahabat Nabi
radhiyallahu'anhum, begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat! Tidak
sebagaimana kebanyakan orang di zaman ini. Memang, mereka adalah orang-orang
yang paling lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat
menyambut ajaran agama. Mereka adalah Salafus Shalih yang mulia, maka
selayaknya kita meneladani mereka. (Lihat Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin 1/475;
no. 41)
Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan
air mata karena takut kepada Allah Ta’ala merupakan tetesan yang paling
dicintai oleh Allah Ta’ala, tentulah kita akan menangis karena-Nya atau
berusaha menangis sebisanya. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjelaskan keutamaan tetesan air mata ini dengan sabda Beliau:
“Tidak ada sesuatu yang yang lebih
dicintai oleh Allah daripada dua tetesan dan dua bekas. Tetesan yang berupa air
mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan
Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allah dan bekas di dalam
(melaksanakan) suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban-Nya”.
Namun yang perlu kita perhatikan juga
bahwa menangis tersebut adalah benar-benar karena Allah Ta’ala, bukan karena
manusia, seperti dilakukan di hadapan jama’ah atau bahkan dishooting TV dan
disiarkan secara nasional. Oleh karena itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjanjikan kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan
sendirian. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Tujuh (orang) yang akan diberi naungan
oleh Allah pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya
. . . (di antaranya):
Seorang laki-laki yang menyebut Allah di
tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata”.
(HR. al-Bukhari, no. 660; Muslim, no. 1031)
Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang
agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggung-jawabkan segala amal
perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan
ditampakkan di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka
kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan
mendapatkan naungan Allah Ta’ala pada hari itu. Dan salah satu jalan
keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
rahimahullah berkata:
“Wahai saudaraku, jika engkau menyebut
Allah Ta’ala, sebutlah Rabb-mu dengan hati yang kosong dari memikirkan yang
lain. Jangan pikirkan sesuatu pun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu
selain-Nya, engkau tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allah Ta’ala
atau karena rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis
sedangkan hatinya tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau akan
menangis karena rindu kepada Allah Ta’ala dan karena takut kepada-Nya jika
hatimu tersibukkan dengan selain-Nya?".
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang laki-laki yang menyebut
Allah di tempat yang sepi”,
yaitu hatinya kosong dari selain Allah Ta’ala, badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak ada seorangpun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riya’ dan sum’ah. Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi”. (Syarh Riyadhus Shalihin 2/342, no. 449)
yaitu hatinya kosong dari selain Allah Ta’ala, badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak ada seorangpun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riya’ dan sum’ah. Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi”. (Syarh Riyadhus Shalihin 2/342, no. 449)
Setelah kita mengetahui hal ini, maka
alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allah Ta’ala.
Wallahul Musta’an.
Sumber: Muslim Channel
0 komentar:
Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih