Sabtu, 30 November 2013

Biografi Singkat Al-Imam Al-Humaidi rahimahullah


Nama lengkap beliau adalah 'Abdullaah bin Az-Zubair bin 'Iisaa bin 'Ubaidillaah bin Usaamah bin 'Abdillaah bin Humaid bin Zuhair bin Al-Haarits bin Asad bin 'Abdul 'Uzzaa, Abu Bakr Al-Humaidiy Al-Asadiy Al-Qurasyiy Al-Makkiy. Al-Imaam Al-Haafizh Ats-Tsiqah Al-Faqiih Syaikhul Haram, shaahibul Musnad. Beliau keturunan Asad bin 'Abdul 'Uzzaa yang mana bani Asad dinasabkan kepadanya, oleh karena itu beliau masih satu garis keturunan dengan Ummul Mu'miniin Khadiijah binti Khuwailid dan Az-Zubair bin Al-'Awwaam -radhiyallahu 'anhuma-.
Tidak disebutkan secara pasti mengenai tahun kelahiran beliau pada kitab-kitab tarikh dan biografi (ada yang menyebutkan beliau lahir tahun 170 H) selain bahwa beliau dilahirkan di Makkah Al-Mukaramah, tumbuh disana dan belajar kepada hafizh dan imam di zamannya, yaitu Sufyaan bin 'Uyainah, menjadi sahabat dekatnya dan hafal hadits darinya sebanyak 10.000 hadits. Kemudian beliau bermulazamah dengan Al-Imaam Asy-Syafi'iy, menjadi sahabatnya dan menemaninya dalam perjalanan-perjalanannya. Al-Humaidiy ikut rihlah ke Mesir bersama gurunya tersebut hingga akhir hayatnya pada tahun 204 H, kemudian Al-Humaidiy kembali ke Makkah dan menghabiskan sisa umurnya disana.

Guru-guru Beliau
Imam Al-Humaidiy mempunyai banyak guru. Al-Haafizh Al-Mizziy menyebutkan guru-gurunya tersebut, diantaranya adalah
Sufyaan bin 'Uyainah
Bisyr bin Bakr At-Tuniisiy
Hammaad bin Usaamah
'Abdullaah bin Al-Haarits Al-Jumahiy
Abu Shafwaan 'Abdullaah bin Sa'iid Al-Umawiy
'Abdul 'Aziiz bin 'Abdush Shamad Al-'Ammiy
'Abdul 'Aziiz Ad-Daraawardiy
'Aliy bin 'Abdul Hamiid bin Shaifiy
Fudhail bin 'Iyyaadh
Muhammad bin Idris Asy-Syaafi'iy
Marwaan bin Mu'awiyah Al-Fazaariy
Wakii' bin Al-Jarraah
Al-Waliid bin Muslim
Ya'laa bin 'Ubaid
Muhammad bin 'Ubaid Ath-Thanaafisiy
'Abdul 'Aziiz bin Abu Haazim
Ibraahiim bin Sa'd
Abu Dhamrah Anas bin 'Iyyaadh
'Abdullaah bin Rajaa' Al-Makkiy
'Abdurrahman bin Sa'd bin 'Ammaar Al-Mu'adzin, dan lain-lain. Rahimahumullahu ajma'in.

Murid-murid Beliau
Diantara murid-muridnya yang meriwayatkan hadits darinya, adalah Muhammad bin Ismaa'iil Al-Bukhaariy, Abu Dawud As-Sijistaaniy, Muhammad bin 'Iisaa At-Tirmidziy, Ibnu Maajah Al-Qazwiiniy, Abu 'Abdurrahman Ahmad bin Syu'aib An-Nasaa'iy, Muhammad bin Yahyaa Adz-Dzuhliy, Ya'quub bin Syaibah, Ya'quub bin Sufyaan, Abu Haatim Muhammad bin Idriis Ar-Raaziy, Abu Zur'ah 'Ubaidullaah bin 'Abdul Kariim Ar-Raaziy, Muhammad bin 'Aliy bin Maimuun Ar-Raqqiy, Salamah bin Syabiib, Ismaa'iil Al-Ashbahaaniy, Abul Azhar Ahmad bin Al-Azhar An-Naisaabuuriy, Bisyr bin Muusaa Al-Asadiy, 'Ubaidullaah bin Fadhaalah An-Nasaa'iy, Haaruun Al-Hammaal, Yuusuuf bin Muusaa Al-Qaththaan, dan lain-lain. Rahimahumullahu ajma'in.

Pendapat Para Ulama Mengenai Beliau
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Al-Humaidiy di sisi kami adalah seorang Imam."
Abu Haatim berkata: "Orang yang paling tsabt pada hadits Ibnu 'Uyainah adalah Al-Humaidiy, dia adalah yang paling utama dari sahabat-sahabat Ibnu 'Uyainah dan dia Imam yang tsiqah."
'Abdurrahman bin Abu Haatim berkata: dari Muhammad bin 'Abdurrahman Al-Harawiy, "Aku mendatangi Makkah pada tahun 198 H ketika Ibnu 'Uyainah wafat pada permulaan tahun, 7 bulan sebelum kedatangan kami. Kemudian kami bertanya kepada sahabat-sahabat Ibnu 'Uyainah, mereka menyebut nama Al-Humaidiy kepadaku. Maka aku menulis hadits Ibnu 'Uyainah darinya."
Ya'quub Al-Fasawiy berkata: "Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, dan aku menerima nasihat-nasihat untuk Islam dan pemeluknya dari beliau."
Muhammad bin Sahl Al-Quhustaaniy berkata: telah menceritakan kepada kami Ar-Rabii' bin Sulaimaan, aku mendengar Asy-Syafi'iy mengatakan: "Aku belum pernah melihat sahabat dekatku yang paling haafizh dari Al-Humaidiy, dia menghafal hadits Sufyaan Ibnu 'Uyainah sebanyak 10.000 hadits."
Muhammad bin Ishaaq Al-Marwaziy berkata: aku mendengar Ishaaq bin Raahawaih berkata: "Para Imam di zaman kami adalah Asy-Syaafi'iy, Al-Humaidiy dan Abu 'Ubaid."
Zakariyaa As-Saajiy berkata: aku bertanya kepada Abu Daawud: "Siapa sajakah sahabat Asy-Syaafi'iy?" Ia menjawab: "Yang paling awal dari mereka adalah Al-Humaidiy, Ahmad bin Hanbal dan Al-Buwaithiy, ia adalah Yuusuf bin Yahyaa Al-Mishriy."
Abul 'Abbaas As-Siraaj berkata, aku mendengar Muhammad bin Ismaa'iil Al-Bukhaariy mengatakan: "Al-Humaidiy seorang Imam dalam hadits."
Ibnu Hibbaan berkata: "Beliau shaahibus sunnah dan orang yang mulia didalam agama."
Al-Haakim berkata: "Al-Bukhaariy jika mendapati hadits dari Al-Humaidiy maka ia tidak beralih kepada yang lainnya."
Ibnu Hajar berkata: "Abdullaah bin Az-Zubair bin 'Iisaa Al-Qurasyiy Al-Asadiy Al-Humaidiy Al-Makkiy Abu Bakr, tsiqah haafizh faqiih dalam sahabat-sahabat Ibnu 'Uyainah, dari thabaqah ke-10."

Karya-karya Beliau
- Kitab Al-Musnad (Musnad Al-Humaidiy), karya beliau yang paling tersohor.
- Kitab Ar-Raddu 'Ala An-Nu'maan.
- Kitab Tafsiir Al-Qur'an, kedua kitab ini diriwayatkan oleh Muhammad bin 'Umair Ath-Thabariy.
- Kitab Dalaa'il.

Musnad Al-Humaidiy
Telah shahih penisbatan kitab Musnad kepada Imam Al-Humaidiy. Sanad riwayat kitab ini muttashil hingga Imam Bisyr bin Muusaa Al-Asadiy, dimulai dari Abu 'Abdillaah Muhammad bin Hammaad bin Muhammad bin Al-Husain Al-Harraaniy, dari Abul Hasan Sa'dullaah bin Nashr bin Sa'iid bin Ad-Dajaajiy, dari Abu Manshuur Muhammad bin Ahmad bin Al-Khayaath, dari Abu Thaahir 'Abdul Ghafaar bin Muhammad bin Ja'far bin Zaid Al-Mu'addib, dari Abu 'Aliy Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan bin Ishaaq Ash-Shawwaaf, dari Bisyr bin Muusaa Al-Asadiy.
Sebanyak 1338 hadits ada dalam kitab beliau. Penyusunannya dimulai dari musnad 4 khulafa' Ar-Raasyidiin yaitu Abu Bakr Ash-Shiddiiq, 'Umar bin Al-Khaththaab, 'Utsmaan bin 'Affaan dan 'Aliy bin Abi Thaalib, kemudian berturut-turut Az-Zubair bin Al-'Awwaam, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqaash, Sa'iid bin Zaid Al-'Adawiy, Abu 'Ubaidah bin Al-Jarraah, 'Abdullaah bin Mas'uud dan seterusnya hingga yang terakhir adalah musnad Jaabir bin 'Abdillaah Al-Anshaariy, dan ditutup dengan pembahasan Ushuulus Sunnah oleh Imam Al-Humaidiy.
Dari 1338 hadits tersebut, sebanyak 582 hadits adalah muttafaqun 'alaih 'ala Asy-Syaikhaan, 96 hadits riwayat Al-Bukhaariy dan 152 hadits riwayat Muslim. Dari kitab Musnad ini, terlihat bahwa beliau termasuk ulama yang perhatian terhadap keshahihan sanad. Muhaqqiq kitab, Husain Saliim Asad telah menghitung hadits dha'iif dalam kitab Musnad ini dan hanya terdapat 7% hadits dha'iif dari 1338 hadits. Ini menunjukkan kecermatan Imam Al-Humaidiy dalam menyeleksi para perawi dan ketinggian manhaj beliau dalam kitab Musnadnya walaupun Imam Al-Humaidiy tidak menerangkan manhajnya secara jelas.

Aqidah Beliau
Al-Humaidiy adalah seorang Imam ahlussunnah wal jama'ah. 'Aqidah beliau secara jelas terlihat dari kitab beliau sendiri, mengikuti 'aqidah ahlussunnah yang telah digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam dan diikuti oleh para sahabatnya -radhiyallahu 'anhum-, para tabi'in, tabi'ut tabi'in dan orang-orang setelahnya yang setia mengikuti jalan mereka -rahimahumullahu ajma'in-.
Al-Humaidiy berkata pada pembahasan Ushuulus Sunnah di akhir kitab Musnad 2/358-362 :
As-Sunnah di sisi kami adalah berimannya seseorang kepada Qadar, baik dan buruknya, manis dan pahitnya.
Dan Al-Iimaan terdiri dari perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang, dan tidaklah bermanfaat perkataan kecuali diiringi dengan perbuatan, dan tidaklah disebut perbuatan dan perkataan kecuali dengan niat, dan tidaklah sempurna perkataan dan perbuatan dengan niat kecuali diiringi dengan sunnah.
Dan Al-Qur'an adalah Kalaamullah. Aku mendengar Sufyaan mengatakan, "Al-Qur'an Kalamullah, dan barangsiapa yang mengatakan makhluq, dia adalah seorang ahli bid'ah. Kami tidak mengetahui seorangpun yang mengatakan seperti itu (Al-Qur'an makhluq, -pent)."
Perkataan Ibnu 'Uyainah ini mengisyaratkan pada zaman beliau, madzhab Mu'tazilah belum berani menampakkan diri ke permukaan. Oleh karena itu perkataan Al-Qur'an makhluq tidak populer di masyarakat. Ia baru mengemuka setelah diberi angin oleh Khalifah 'Abbaasiyah, Al-Ma'muun -semoga Allah mengampuni beliau-, dan tersebarlah pendapat Al-Qur'an makhluq dengan pelopornya yaitu kaum Mu'tazilah dan Jahmiyah dengan para ulama buruknya, kemudian terjadilah banyak fitnah yang menimpa para ulama ahlussunnah (termasuk yang menimpa Al-Imaam Al-Bukhaariy dengan Al-Imaam Adz-Dzuhliy) lalu peristiwa penyiksaan beberapa ulama yang memegang teguh Al-Qur'an adalah Kalamullah, diantara mereka adalah Al-Imaam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah-.
Dan mengikrarkan adanya ru'yah (ru'yatullah) setelah mati.
Dan yang seperti ini dari Al-Qur'an dan Al-Hadiits (beliau mengisyaratkan kepada ayat-ayat asma' wa shifat), kami tidak menambahinya dan kami tidak menafsirinya. Kami berdiri diatas apa-apa yang Al-Qur'an dan As-Sunnah berdiri padanya. FirmanNya, "Yang Maha Pengasih beristiwa diatas 'arsy," [QS Thaahaa : 5], barangsiapa yang mengatakan selain dari firman Allah ini, dia adalah seorang mu'aththil Jahmiy. Dan tidaklah kami berkata sebagaimana perkataan khawarij, "Barangsiapa yang melakukan dosa-dosa besar, maka dia kafir." Kami tidaklah mengkafirkan sedikitpun dari para pelaku dosa. Akan tetapi kekafiran adalah pada meninggakan 5 perkara yaitu perkara-perkara yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam, "Islam dibangun diatas 5 perkara, persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhaan, dan berhaji ke Baitul Haraam."

Hadits-hadits Imam Al-Humaidiy yang terdapat dalam Shahiih Al-Bukhari
1.    Hadits pembahasan niat.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy 'Abdullaah bin Az-Zubair, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa'iid Al-Anshaariy, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Ibraahiim At-Taimiy, bahwa ia mendengar 'Alqamah bin Waqqaash Al-Laitsiy mengatakan, aku mendengar 'Umar bin Al-Khaththaab -radhiyallahu 'anhu- diatas mimbar mengatakan, aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niat, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang tergantung pada apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan." [Shahiih Al-Bukhaariy no. 1; Musnad Al-Humaidiy no. 28]

2.    Hadits terlarangnya dengki (iri hati) kecuali kepada 2 hal.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ismaa'iil bin Abu Khaalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang diceritakannya kepada kami dari Az-Zuhriy-, ia berkata, aku mendengar Qais bin Abu Haazim berkata, aku mendengar 'Abdullaah bin Mas'uud berkata, Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada dengki kecuali terhadap dua hal, terhadap seseorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan terhadap seseorang yang Allah berikan hikmah (ilmu) lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain." [Shahiih Al-Bukhari no. 73; Musnad Al-Humaidiy no. 99]

3.    Hadits berkabungnya seorang wanita atas kematian seseorang selain suaminya.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, telah menceritakan kepada kami Ayyuub bin Muusaa, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku Humaid bin Naafi', dari Zainab binti Abu Salamah, ia berkata, ketika kabar kematian Abu Sufyaan sampai dari negeri Syam, Ummu Habiibah radhiyallahu 'anha meminta wewangian pada hari ketiga lalu memakainya untuk bagian sisi badannya dan lengannya dan ia berkata, "Sungguh bagiku ini sudah cukup seandainya aku tidak mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya yang saat itu dia boleh berkabung sampai empat bulan sepuluh hari." [Shahiih Al-Bukhari no. 1280; Musnad Al-Humaidiy no. 308]

4.    Hadits Al-'Aqiiq, lembah yang diberkahi.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, telah menceritakan kepada kami Al-Waliid dan Bisyr bin Bakr At-Tuniisiy, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Auzaa'iy, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Yahyaa, ia berkata, telah menceritakan kepadaku 'Ikrimah, bahwa ia mendengar Ibnu 'Abbaas -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan bahwa ia mendengar 'Umar -radhiyallahu 'anhu- mengatakan, aku mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam ketika berada di lembah Al-'Aqiiq bersabda, "Malaikat yang diutus oleh Rabbku datang kepadaku dan berkata, "Shalatlah di lembah yang diberkahi ini dan katakanlah, "Aku berniat melaksanakan 'umrah dalam ibadah haji ini." [Shahiih Al-Bukhari no. 1534; Musnad Al-Humaidiy no. 19]

5.    Hadits tentang sifat surga dan neraka.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, telah menceritakan kepada kami Abu Az-Zinaad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah berfirman, "Aku telah menyediakan untuk hamba-hambaKu yang shalih kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbayangkan dari lubuk hati manusia." Bacalah firmanNya jika kamu menghendaki, "Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang telah disediakan untuk mereka (kenikmatan) yang menyedapkan mata." [QS As-Sajdah : 17]." [Shahiih Al-Bukhaariy no. 3244; Musnad Al-Humaidiy no. 1167]

Wafatnya Imam Al-Humaidiy
Beliau wafat pada bulan Rabii'ul Awwal tahun 219 H, demikianlah yang disebutkan Ibnu Sa'd, Al-Bukhari, Ibnu Hibbaan dan dikuatkan oleh Ibnu Hajar. Ada yang mengatakan tahun 220 H. Semoga Allah Ta'ala merahmati beliau, menerima semua amal kebaikannya dan mengampuni kesalahan-kesalahannya.

Wallaahu a'lam.
Sumber :
- Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/56.
- Tahdziibul Kamaal no. 3270.
- Siyaru A'laam An-Nubalaa' 10/616.
- Tahdziibut Tahdziib no. 4373.
- Taqriibut Tahdziib no. 3320.
- Musnad Al-Humaidiy (e-book), tahqiiq Husain Saliim Asad Ad-Daaraaniy

Saya kutib dari tulisan akhi Tommi Marsetio

Sabtu, 09 November 2013

Biografi Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Baaniy


Beliau adalah Pembaharu Islam (mujadid) pada abad ini. Karya dan jasa-jasa beliau cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam menghidupkan kembali ilmu Hadits. Beliau telah memurnikan Ajaran islam terutama dari hadits-hadits lemah dan palsu, meneliti derajat hadits.
Nasab (Silsilah Beliau)
Nama beliau adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Ayah al Albani yaitu Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari`at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul), yang ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Beliau sekeluargapun menuju Damaskus.
Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari bahasa arab. Beliau masuk sekolah pada madrasah yang dikelola oleh Jum'iyah al-Is`af al-Khairiyah. Beliau terus belajar di sekolah tersebut hingga kelas terakhir tingkat Ibtida`iyah. Selanjutnya beliau meneruskan belajarnya langsung kepada para Syeikh. Beliau mempelajari al-Qur`an dari ayahnya sampai selesai, disamping itu mempelajari pula sebagian fiqih madzab Hanafi dari ayahnya.
Syeikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga beliau menjadi seorang ahli yang mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya.
Pada umur 20 tahun, pemuda al-Albani ini mulai mengkonsentrasi diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni'an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar. Sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya` Ulumuddin al-Ghazali. Kegiatan Syeikh al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya seraya berkomentar. Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut).
Namun Syeikh al-Albani justru semakin cinta terhadap dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan Perpustakaan adh-Dhahiriyah di sana (Damaskus). Di samping juga meminjam buku-buku dari beberapa perpustakaan khusus. Begitulah, hadits menjadi kesibukan rutinnya, sampai-sampai beliau menutup kios reparasi jamnya. Beliau lebih betah berlama-lama dalam perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan.
Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuk beliau. Bahkan kemudiaan beliau diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, beliau menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum yang lainnya datang. Begitu pula pulangnya ketika orang lain pulang pada waktu dhuhur, beliau justru pulang setelah sholat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.
Pengalaman Penjara
Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya beliau berdakwah kepada sunnah dan memerangi bid`ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah.
Beberapa Tugas yang Pernah Diemban
Syeikh al-Albani Beliau pernah mengajar di Jami'ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak tahun 1381-1383 H, mengajar tentang hadits dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu beliau pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta kepada Syeikh al-Albani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah Perguruan Tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau memenuhi permintaan itu. Pada tahun 1395 H hingga 1398 H beliau kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam'iyah Islamiyah di sana. Mandapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H.
Beberapa Karya Beliau
Karya-karya beliau amat banyak, diantaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul. Beberapa Contoh Karya Beliau yang terkenal adalah:
1.    Adabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah
2.    Al-Ajwibah an-Nafi`ah 'ala as`ilah masjid al-Jami'ah
3.    Silisilah al-Ahadits ash Shahihah
4.    Silisilah al-Ahadits adh-Dha`ifah wal maudhu'ah
5.    At-Tawasul wa anwa`uhu
6.    Ahkam Al-Jana`iz wabida'uha
Di samping itu, beliau juga memiliki kaset ceramah, kaset-kaset bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat dan kaset-kaset berisi jawaban-jawaban tentang berbagai masalah yang bermanfaat.
Selanjutnya Syeikh al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku foto copyan, manuskrip-manuskrip (yang ditulis oleh beliau sendiri ataupun orang lain) semuanya diserahkan ke perpustakaan Jami'ah tersebut dalam kaitannya dengan dakwah menuju al-Kitab was Sunnah, sesuai dengan manhaj salafush Shalih (sahabat nabi radhiyallahu anhum), pada saat beliau menjadi pengajar disana.
Wafatnya
Beliau wafat pada hari Jum'at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yoradania. Rahimallah asy-Syaikh al-Albani rahmatan wasi`ah wa jazahullahu`an al-Islam wal muslimiina khaira wa adkhalahu fi an-Na`im al-Muqim.

Wallahu A'lam

Sumber: di sini


Sabtu, 02 November 2013

Sunnah Bagi Orangtua di Malam Pertama Pernikahan Anaknya


Imam Ath Thabraani meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Asma binti 'Umais yang berkata :

لما أهديت فاطمة إلى علي بن أبي طالب لم نجد في بيته إلا رملا مبسوطا ووسادة حشوها، وجرة وكوزا، فأرسل النبي صلى الله عليه وسلم إلى علي لا تحدثن حديثا، أو قال: «لا تقربن أهلك حتى آتيك» فجاء النبي صلى الله عليه وسلم فقال: «أثم أخي؟» فقالت أم أيمن - وهي أم أسامة بن زيد وكانت حبشية، وكانت امرأة صالحة: يا رسول الله، هذا أخوك وزوجته ابنتك، وكان النبي صلى الله عليه وسلم آخى بين أصحابه، وآخى بين علي ونفسه قال: »إن ذلك يكون يا أم أيمن«

قالت: فدعا النبي صلى الله عليه وسلم بإناء فيه ماء فقال فيه ما شاء الله أن يقول، ثم مسح به صدر علي ووجهه، ثم دعا فاطمة فقامت إليه تعثر في مرطها من الحياء، فنضح عليها من ذلك، وقال لها ما شاء الله أن يقول، ثم قال لها: «إني لم آلك أن أنكحتك أحب أهلي إلي» ، ثم رأى سوادا من وراء الستر - أو من وراء الباب - فقال: «من هذا؟» قالت: أسماء، قال: «أسماء بنت عميس؟» قالت: نعم يا رسول الله، قال: «جئت كرامة لرسول الله صلى الله عليه وسلم مع ابنته؟» قالت: نعم إن الفتاة ليلة يبنى بها لا بد لها من امرأة تكون قريبا منها، إن عرضت لها حاجة أفضت بذلك إليها، قالت: فدعا لي بدعاء، فإنه لأوثق عملي عندي، ثم قال لعلي: «دونك أهلك» ، ثم خرج فولى قالت: فما زال يدعو لهما حتى توارى في حجره
" Ketika Fathimah diserahkan kepada 'Ali bin Abi Thalib, kami tidak menjumpai apa apa dirumahnya selain tikar yang terhampar dan bantal yang berisikan sabut kurma serta ayakan tepung. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengirim utusan kepada 'Ali dan berkata: "Jangan melakukan sesuatu apapun." atau "Jangan mendekati istrimu sampai aku datang kepadamu." Maka datanglah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan bertanya: "Apakah disana ada saudaraku..?" Maka berkata Ummu Ayman -dan dia adalah ibu dari Usaamah bin Zaid- seorang wanita Habasyah yang shalihah: "Wahai Rasulullah, ini adalah saudaramu dan istrinya adalah anak perempuanmu. Dan memang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mempersaudarakan antara satu shahabat dengan shahabat yang lain, dan beliau mempersaudarakan antara dirinya dengan 'Ali. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Itu akan terjadi wahai Ummu Ayman."
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam meminta wadah air dan berbicara panjang lebar, lalu mengusap dada 'Ali dan wajahnya, kemudian beliau memanggil Fathimah dan dia mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan malu malu, kemudian beliau menasehati Fathimah dengan banyak hal sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, dan setelah itu berkat : "Aku menikahkan engkau dengan keluargaku yang paling aku cintai." Tiba tiba Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam melihat bayangan hitam di balik tirai atau dibalik pintu, lalu beliau berkata:  "Siapa itu..?" Orang itu menjawab: "Asma." Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata: "Asma binti Umais..?" Jawabnya: "Betul wahai Rasulullah." Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata: "Apakah engkau datang dalam rangka menghormati Rasulullah dan putrinya..?" Asma berkata: "Betul, sesungguhnya seorang gadis apabila akan menikah, malam harinya harus ditemani oleh perempuan yang dekat dengannya, jika dia butuh sesuatu perempuan itu akan membantunya."
Asma berkata: "Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam lalu mendoakanku, beliau mempercayakan pekerjaan itu kepadaku, kemudian beliau berkata kepada 'Ali: "Bawalah istrimu." Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendoakan keduanya sampai keduanya masuk kedalam kamar."
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Ath Thabrani dalam Mu'jam Al Kabir 24/137 dan Al Haitsami berkata dalam kitabnya Majmauz Zawaaid 15208: "Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan orang orang yang berada didalam jalur periwayatannya shahih."
Riwayat yang semisal ini juga dikeluarkan oleh Al Imam An Nasa'i dalam Sunan Al Kubra 5/144 no 8510 dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma.
Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini hafidzahullah menshahihkan hadits ini dengan jalan jalannya ketika beliau menta'liq kitab Fadhaail Fathimah karya Ibnu Syaahiin pada hal 24 hadits no 28.
Hadits ini terkandung faidah yang besar didalamnya, diantaranya :
Pertama : Kesederhaan kehidupan para shahabat radhiallahu anhum ajmain. Lihatlah bagaimana rumah 'Ali bin Abi Thalib dan Fathimah yang tidak memiliki apa-apa kecuali hanya sedikit dari perbendaharaan dan perkakas rumah, keadaan yang sedemikian tidaklah menghalangi mereka untuk kemudian menikah. Dan ini menjadi peringatan bagi siapa saja yang mempersulit perkara pernikahan, baik laki-laki yang berfikir harus punya ini dan itu dahulu sebelum menikah, atau orang tua yang mempersyaratkan bermacam macam, atau calon mempelai perempuan yang mempersyaratkan mahar yang mahal dan tinggi.
Kedua : Bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendidik Ali bin Abi Thalib agar ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, hal ini terambil dari sabdany : "Jangan melakukan sesuatu apapun." atau "Jangan mendekati istrimu sampai aku datang kepadamu.", maka sudah seharusnya orang tua pengantin -dimalam pertama anaknya menikah menekankan kepada mereka untuk ta'at kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dikarenakan tidak ada kebahagiaan hakiki didalam kehidupan rumah tangga kecuali dengan ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendatangi rumah anaknya dimalam pertama mereka menikah dan meminta izin kepada mereka. Maka sudah semestinya orang tua dimalam pertama pernikahan anaknya -datang kerumah mereka untuk memberikan nasihat serta wejangan, dengan sebelumnya meminta izin terdahulu- walaupun itu rumah anak anak mereka.
Keempat : Disyariatkan meruqyah pengantin dimalam pertama mereka, hal ini sebagaimana perbuatan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang meminta sewadah air dan membacakan padanya ruqyah kemudian mengusapkan ketubuh menantunya yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu.
Kelima : Asma bintu Umais radhiallahu anha mendatangi rumah Ali dan Fathimah  dimalam pertama mereka menjadi pengantin dengan tujuan untuk menghormati pengantin dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam serta membantu shahabatnya -yakni Fathimah radhiallahu anha-, dan dengan sebab itu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendoakannya. Maka dari sini diambil sebuah pelajaran bahwa semestinya orang tua pengantin mendoakan pihak pihak yang membantu kelancaran dari pernikahan anaknya.
Keenam : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendoakan kebaikan bagi anaknya dan menantunya, maka hal ini menjadi petunjuk bagi orang tua agar mereka mendoakan kebaikan untuk kehidupan rumah tangga anaknya.
Inilah yang sedikit apa yang bisa digali dari keteladanan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dalam malam pertama ketika anaknya menjadi pengantin.
Wallahu 'alam


Saya kutib dari catatan: Ust Abu Asma Andre

 
Back To Top