Selasa, 18 September 2012

Dampingilah Aku Selamanya..



Di sebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan. Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.
Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-p
utri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka. Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. Suatu senjaba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi. Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”. “Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati. Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.
Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.
“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya. Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.
Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih”.
“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu”. jawab sang istri tersipu malu. “Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapak kok bicara begitu? Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa. Ibu selalu bersyukur atas semua yang di limpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama". Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,
Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi. Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.
Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir. Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.
“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada. Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal. Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya, Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.
Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak. Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.
“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir, Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”
Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapak sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan. Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya…..

Minggu, 02 September 2012

Ya Rabbi, Bukalah hati kedua orang tuaku Untuk Shalat....!



Ini adalah seorang anak yang di ilhami Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk teguh, diberi taufiq untuk berada di atas kebenaran dan dilapangkan dadanya dengan keimanan setelah dia mendengar untaian-untaian kalimat jujur yang keluar dari guru dan teman-temannya tentang shalat, keagungan dan kedudukannya dalam syariat.
Maka diapun mendatangi shalat, menjaga kelestariannya, sementara dia diuji dengan kedua orangtuanya yang tidak menjaga shalatnya.
Mulailah sang ibu mengkhawatirkan keluarnya anak ini dari rumah untuk shalat secara umum, terutama untuk shalat subuh. Bahkan sang ibu berusaha agar membuat sang anak mengecualikan subuh dari shalat-shalat lain (dengan tidak mendatanginya keluar dari rumah di pagi hari).
Akan tetapi shalat telah tertanam dalam lubuk hati dan rohnya. Sang ayahpun berusaha untuk meringankan larangan sang ibu dengan berkata kepadanya: "Jangan engkau halangi keinginannya, itu adalah satu masa dari masa kanak-kanak".
Haripun berjalan, sementara apa yang diharapkan oleh sang ayah tidaklah terwujud. Di suatu pagi di hari Jum’at, sang ibu tidak mendengar langkah masuk dan datangnya sang anak dari shalat subuh. Dengan segera sang ibu berdiri dan pergi ke kamar sang anak. Saat di depan pintu dia mendengar sebuah suara yang rnenggema yang rnembangkitkan perasaan. Sang ibupun membuka pintu, ternyata dia melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan. Tahukah anda, pernandangan apa yang dilihat oleh sang ibu?
Sang anak sedang rnengangkat kedua tangannya ke langit dan dengan lisannya yang penuh ketundukan dia berdoa dengan mendesak seraya membaca dengan berulang ulang:
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
 "Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat, Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat, Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat". 
Sang ibupun berdiri, perasaan aneh telah menguasai dirinya saat dia mendengar doa tersebut "Ya Allah, berilah hidayah ayah dan ibuku untuk shalat".
Diapun pergi kepada sang ayah untuk mengabarinya seraya berkata: “Berdirilah, dan dengarkan apa yang diperbuat oleh anak kita". Sang ayah menyangka bahwa sang anak telah membakar dirinya sendiri atau ingin mencabut nyawanya sendiri.
Sang ayah datang dengan rasa kantuknya hanya demi menuruti istrinya. Tatkala dia sudah dekat dari kamar sang anak, dia mendengar desahan-desahan yang bercampur dengan kalimat-kalimat yang menyentuh perasaan. Dia membuka pintu kamar. Maka dia melihat sang anak sedang dalam keadaan shalat. Bukan hanya ini, bahkan dia tengah berdo’a kepada Allah serta mengulang-ulang do’a:
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
“…Ya Allah, !apangkanlah dada ayah dan ibuku untuk shalat…”
Tatkala sang ibu melihat pemandangan yang menyentuh ini, mengalirlah air matanya, tergeraklah keinginannya, hilanglah darinya kegelapan, lalu diapun menghambur, memeluk dan menimang sang anak yang masih kecil.
Saat itu pula keimanan sang ayah tergerak yang diikuti dengan bercucurannya air mata dan tangisan.
Maka terkumpullah padanya cahaya hidayah, dan Allah telah melapangkan dadanya dengan kalimat-kalimat dari si kecil tersebut. Tidaklah sang ayah mampu menguasai jiwanya saat mendengar do’a dari buah hatinya yang masih kecil tersebut kecuali dia segera bangkit lalu menimang dan memeluk si kecil dengan erat.
Saat itulah, saat kembali kepada Allah, sang ayah berkata kepada si kecil: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan do’a mu wahai buah hatiku."
Sejak saat itu, sang ayah tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah, sementara sang ibu menjadi sahabat musholanya. Maka Maha Suci Allah yang telah memberikan hidayah kepada mereka, serta menganugerahi mereka kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang Allah hendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama Islam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,…” (QS.Al An’am: 125)
Sesungguhnya, itulah do’a… Panah malam hari yang mampu mengetuk pintu-pintu langit. Maka tatkala siang hari datang dengan cahayanya, menjadi nyatalah pengaruh-pengaruhnya, serta menjadi tampaklah buahnya. Sesungguhnya do’a itu telah mengetuk pintu langit. Sebuah batu tidak mungkin terpecah dengan sekali pukulan, maka haruslah diketuk berulang kali.
Selamat bagirnu wahai anak dengan keinginan kuatmu menyampaikanmu kepada hasil gemilang.
Selamat bagimu wahai sang guru dengan pahala yang besar.
Selamat bagi anda wahai para pembaca budiman yang telah membaca kisah ini.
Allah telah memelihara kedua tangan kecil yang memegang semangat dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dua buah tangan yang di dalamnya bercampur kekanak-kanakkan dan kedewasaan, kecintaan dan kemauan. Maka di manakah kemauan kita bila dibandingkan dengan kemauan si kecil tersebut? Bagaimanakah jerih payah kita terhadap keluarga dan kerabat kita? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan dan afiah kepada kita semua.

 
Back To Top