Minggu, 12 April 2015

Membela Syaikh Al-Albani Walaupun Beliau Salah ?


Syaikh al-Fadhil ‘Ali bin Hasan bin ‘Abdil Hamid al-Halabi al-Atsari hafizhahullahu ditanya : “Mengapa Anda membela Syaikh Albani padahal beliau salah?

Jawab: “Siapa yang mengatakan kepada Anda bahwa kami membela Syaikh Albani walaupun beliau salah ? Kami tetap akan mengatakan salah apabila beliau memang melakukan kesalahan. Akan tetapi kami membela beliau dalam hal yang beliau tidak salah, dan dari kesalahan kaum yang menyalahkan beliau tanpa hak.

Adapun membela Syaikh padahal beliau salah, maka sekali-kali tidak! Kami tidak akan melakukan hal ini! Karena beliau sendirilah yang mendidik kami untuk mengagungkan kebenaran. Beliaulah yang mendidik kami untuk tetap menyalahkan orang yang salah. Dan beliau lah yang mendidik kami untuk membantah orang yang menyeleweng, walaupun orang tersebut adalah syaikh Albani sendiri! Ucapan ini adalah klaim kosong belaka! [selesai]

[Pertemuan ke-15 Room Al-Qur`ân al-Karîm]

Sumber : disini

Rabu, 25 Maret 2015

Vaksinasi BUKAN Konspirasi Yahudi, Israel dan Amerika (Cerdas Dan Ilmiah Dalam Mengkritisi)



Tuduhan bahwa vaksin adalah konspirasi tidak berdasar sama sekali. Berikut kami cantumkan jurnal ilmiah internasional yang membuktikan bahwa Yahudi-Israel, Amerika, dan negara barat juga melakukan program vaksin. Tentunya jurnal ilmiah yang bisa dikritisi, bisa diakses luas dan bertaraf internasional tidak bisa dibilang bohong, konspirasi dan sumber tidak valid dll.
1.   Tentara Amerika melakukan program, vaksin.
Jurnal :
“Immunization to Protect the US Armed Forces: Heritage, Current Practice, and Prospects”
Sangat lucu jika mereka mau bunuh diri dengan melemahkan dan membodohi pasukan perang mereka dengan imunisasi.
2.    Israel melakukan program vaksin.
Jurnal :
“The Isarel National Immunization Regisry”
Penulisnya dari kementrian kesehatan Israel lho..
3.   Pro-kontra tidak terjadi pada orang islam saja, Sekelompok Yahudi Orthodoks juga menolak vaksin karena katanya “haram”.
Jurnal :
“Vaccination in Halakhah and in Practice in the Orthodox Jewish Community”
Masa sih vaksinasi konspirasi Yahudi Israel?
4.   WHO yang dituduh antek Yahudi dan Barat, ternyata berusaha melakukan negosiasi dengan Vatikan untuk membantu meluruskan persepsi yang salah tentang vaksin kepada masyarakat.
Dari situs resmi WHO, ada wawancara dengan seorang antropologis, ia berusaha memberikan penyuluhan kepada publik agar tidak termakan isu tidak benar mengenai vaksinasi. Baik di kalangan Kristen maupun Yahudi yang menentang. Jadi bukan sebagian orang Islam saja yang menentang vaksinasi munisasi.
Kami kutip beberapa isi wawancara yang kemudian dipublikasikan dengan judul :
“Underlying issues are key to dispelling vaccine doubts”
Dijelaskan dalam wawancara tersebut :
“WHO officials even held a meeting at the Vatican to set the record straight and engage leaders of the Catholic Church to help dispel the rumours. Similar approaches were taken to resolve the polio vaccination boycott in Nigeria when meetings were convened between WHO officials and the Organization of Islamic States”
“Para pejabat WHO bahkan mengadakan pertemuan di Vatikan untuk meluruskan (hal-hal negatif dan tidak benar mengenai vaksin) dan melibatkan para pemimpin dari Gereja Katolik untuk membantu menghilangkan pemberitaan negatif tersebut. Pendekatan serupa juga diambil untuk menyelesaikan boikot vaksinasi polio di Nigeria ketika dilakukan perundingan antara pejabat WHO dan Organisasi Negara-negara Islam”
5.   Di Gaza palestina juga ada program vaksinasi.
Jurnal :
“Efficacy of diphtheria and tetanus accination in Gaza, Palestine”.
Kelompok antivaksin juga mengatakan bahwa vaksinasi adalah konspirasi barat dan Yahudi agar kaum muslimin melemah, mandul dan gampang sakit. Ternyata fakta dilapangan tidak demikian. Contohnya adalah negara Indonesia sendiri. Negara Indonesia sudah lama menerapkan vaksinasi bahkan ada yang merupakan program wajib. Ternyata penduduk Indonesia terus berkembang dengan pesat jumlahnya sehingga pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana membatasi kelahiran anak untuk mencegah lahirnya banyak anak serta semakin banyaknya penduduk Indonesia. Ini bukti bahwa tidak benar vaksinasi membuat mandul dan sebagainya.
Bahkan penduduk Gaza di Palestina yang terkenal wanitanya sangat subur dan banyak melahirkan sehingga walaupun gaza sering diserang dan sering terjadi peperangan yang memakan banyak korban jiwa tetapi jumlah mereka terus bertambah dan tidak berkurang. Ternyata penduduk Gaza juga melakukan vaksin dan ada program vaksin bagi penduduk Gaza. Terdapat sebuah jurnal Ilmiah yang meneliti tentang vaksinasi di daerah Gaza.
Nah, kalo ada yang berkata :
“Vaksinnya Yahudi dan Amerika berbeda dengan vaksin yang dikasi ke Indonesia dan umat Islam”
Jawabnya : Jurnal-jurnal diatas sudah menjawabnya, ilmu vaksin terbuka luas dan semua juga mempelajarinya, baik ilmuan Indonesia atau ilmuan Islam. Ilmuan Indonesia dan umat Islam pintar-pintar lho.
Vaksin mubah dan bermanfaat, tidak ada paksaan dalam agama jika ingin vaksin atau tidak. Mari bijak bersikap dan tidak perlu saling bermusuhan, menjatuhkan karena permasalahan vaksin karena kita kaum muslimin bersaudara dan berhak mendapatkan hak-hak persaudaraan.
Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.

Selasa, 24 Maret 2015

Salafi Bukan Aliran Tertentu Tetapi Penisbatan Kepada Para Salaf


Salafi bukanlah suatu aliran atau kelompok tertentu, akan tetapi salafi adalah penisbatan kepada para salaf yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, dan generasi terbaik yaitu Tabi’in dan tabi;ut tabi’in.
Jadi apapun organisasi atau ormasnya, jika mereka bermanhaj (metodologi beragama) sesuai dengan pemahaman para salaf, maka mereka semua adalah salafi. Ormas NU, ormas Muhammadiyah, organisasi A dan kelompok B, jika manhaj mereka mengikuti para salaf, maka mereka adalah salafi.
Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu mereka paham. Bahwa kata “salaf” (سلف) jika ditambahkan huruf “ya nisbah” maka artinya adalah penisbatan. Sebagaimana kata yang sudah sering kita dengar “Islami” adalah penisbatan kepada Islam. Jadilah “pakaian Islami, akhlak Islami”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau adalah “salaf”. Beliau berkata kepada putri beliau yaitu Fathimah :
اِتَّقِيْ اللهَ وَاصْبِرِي فَإِنَّ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Bertakwalah kamu dan bersabarlah karena sesungguhnya sebaik-baik Salaf bagi kamu adalah aku”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu juga Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya yang hendak akan meninggal,
اِلْحَقِيْ بِسَلَفِنَا الصَّالِحِ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ.
“Susul-lah para salaf  (pendahulu) kita yang shalih, Utsman bin Mazh’un.” (HR ath Thabrani di dalam al Mu’jam al Ausath no. 5736)
Demikian juga dengan penyebutan “dakwah salafiyah”. Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu paham. Artinya adalah dakwah menyeru kepada pemahaman para salaf dalam beragama.
Para salaf tersebut adalah generasi terbaik dalam Islam yang mana pemahaman agama mereka yang paling baik dan tentu harus kita ikuti. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian generasi setelahnya (tabi’in), kemudian generasi setelahnya (tabi’ut tabi’in). (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)
Jadi jika ada ungkapan “saya keluar dari salafi”, tentu  belum memahami benar istilah ini dan semoga mereka yang berkata demikian bisa memahami dan mendapatkan kebaikan yang banyak.

Kenapa Sih Kok Ada Istilah Salafi?
Sumbernya dari hadits bahwa umat akan terpecah belah menjadi beberapa 73 golongan (aliran) semunya akan masuk neraka (tidak kekal) kecuali satu yang selamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثَةٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قِيلَ: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ الَّهلِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya, ‘Siapakah dia wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan) yang berada di atas jalan hidup (manhaj) yang aku dan para sahabatku berada’.” (HR. At-Tirmidzi )
Nah, satu yang selamat inilah yang dimaksudkan oleh para ulama. Berdasarkan penelitian para ulama nama satu kelompok ini ada banyak misalnya Firqotun najiyyah, Ahlus sunnah wal jamaah, ahlul Hadits, Salafi dan lain-lain.
Dahulunya para ulama mengenalkan dan mempopulerkan istilah ahli hadits atau ahlus sunnah wal jamaah. Akan tetapi tatkala semua pihak dan aliran yang menyimpang juga mengaku bahwa mereka adalah ahlus sunnah wal jamaah, maka para ulama belakangan mempopulerkan istilah “salafi”.
Akan tetapi saat inipun cukup banyak yang mengaku salafi tetapi akhlak, agama dan kepribadian mereka tidak sesuai dengan akhlak dan agama para salaf.
Tidak heran ada yang berkomentar : “salafi itu aliran keras dan maunya memang sendiri saja” bisa jadi karena ulah “oknum” tetapi jangan digeneralisir. Padahal para salaf mengajarkan agar dakwah itu hukum asalnya lembut, menghindari debat kusir walaupun kita menang secara ilmu, murah senyum dan berwajah ceria, serta menginginkan kebaikan kepada saudaranya.
Tidak heran ada yang berkomentar : “salafi itu gampang membid’ahkan, mengkafirkan, dikit-dikit bid’ah”
Bisa jadi karena ulah “oknum” tetapi jangan digeneralisir. Padahal para salaf mengajarkan agar tidak sembarangan membi’dahkan dan mengkafirkan. Kehormatan seorang muslim itu tinggi. Jika benar dia itu adalah bid’ah dan syirik, maka pelakunya belum tentu dicap ahli bid’ah dan ahli kesyirikan karena bisa jadi ada udzur syar’i. kalaupun iya, mereka melakukan, maka ada caranya menyampaikan, tentu dengan seni berdakwah  bukan sembarangan.
Ingat, para salaf mengajarkan, dakwah adalah menginginkan kebaikan kepada saudaranya, caranya harus baik dan lembut dan tepat keadaan. Jika dakwah diterima alhamdulillah, jika ditolak mka mereka didoakan serta tidak boleh dimusuhi karena mereka adalah saudara kita dan memiliki hak-hak persaudaraan seIslam.

Ulama Sejak Dahulu Sudah Menggunakan Istilah “Salaf”
Kata “salaf” bukanlah kata-kata yang baru, ulama sejak dahulu sudah menggunakannya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana pada hadits yang kami bawakan di awal.
Berikut kami nukil perkataan ulama-ulama sejak zaman dahulu yang sudah dikenal oleh kita:
1.   Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 204 H)
وأعرف حق السلف الذين اختارهم الله تعالى لصحبة نبيه صلى الله عليه وسلم، والأخذ بفضائلهم، وامسك عما شجر بينهم صغيره وكبيره
“Dan aku mengakui hak para salaf yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memegang dengan keutamaan-keutamaan mereka, dan aku menahan diri dari perkara yang mereka percekcokan baik yang kecil atau besar.” (Al-Amru bi-ittiba’, As-Suyuthiy)
2.   Ahli tafsir Ibnu Katsir rahimahullah
وأما قوله تعالى: { ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ } فللناس في هذا المقام مقالات كثيرة جدا، ليس هذا موضع بسطها، وإنما يُسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح: مالك، والأوزاعي، والثوريوالليث بن سعد، والشافعي، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن راهويه وغيرهم، من أئمة المسلمين قديما وحديثا، وهو إمرارها كما جاءت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل
“Sedangkan firman Allah ta’ala: ‘Kemudian Dia istiwa’ di atas ‘Arsy’, maka orang-orang dalam masalah ini mempunyai pendapat yang sangat banyak. Dan ini bukanlah tempat untuk menjabarkannya. Pendapat  inilah yang ditempuh oleh mazhabnya As-Salaf As-Shalih yaitu Imam Malik, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rohuyah dan imam-imam kaum muslimin baik yang dahulu dan sekarang, yakni membiarkannya tanpa takyif, tasybih dan ta’thil. (Tafsir Ibnu Katsir 3/426-427, syamilah)
3.   Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيُّ – رحمه الله – بِمَا رَوَى عَمْرُو بْنُ دِينَارٍعن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَدَّهِنَ فِي عَظْمِ فِيلٍ لِأَنَّهُ مَيْتَةٌ، والسلف يطلقون الكراهة و يريدون بها التحريم
“Imam Asy-Syafii rahimahullah berhujjah dengan yang diriwayatkan oleh Amr bin Dinar dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa beliau memakruhkan memakai minyak pada tulang gajah, karena itu bangkai. Dan Ulama salaf memberikan istilah dengan makruh sedangkan maksud mereka adalah pengharaman.” (Al-Majmu’ 1/127)
Demikian semoga bermanfaat


Petunjuk Ketika Mendengar Kentut


Suasana tenang akan mendadak berubah tatkala suara kentut terdengar di suatu tempat. Tipe suaranya yang khas kerap kali sukses memecah keheningan dan mengundang perhatian orang-orang yang tengah serius dengan kesibukannya. Keadaan pun menjadi riuh dan gaduh.
Walaupun merupakan bagian yang normal dari sistem pencernaan dalam tubuh manusia, kentut atau gas buang pencernaan menyebabkan munculnya respon yang bermacam-macam. Menertawakan atau tersenyum-senyum termasuk salah satu respon yang kerap disaksikan terhadap pelaku buang gas yang kadang tidak terdeteksi.
Orang yang mengeluarkan kentut di tengah orang banyak pastilah akan mengalami rasa malu yang besar, apalagi bila orang-orang menertawakan dirinya. Kehormatan bisa terkikis gara-gara angin yang bersuara tersebut tidak dapat terkontrol saat keluar. Dan seorang wanita akan mengalami malu yang lebih besar dan raut mukanya akan memerah malu jika kedapatan buang angin atau kentut.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati orang-orang yang tertawa ketika mendengar suara kentut orang lain. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Mengapa salah seorang dari kalian menertawakan sesuatu yang ia perbuat (juga)” (HR. Al-Bukhari no. 4942 dan Muslim no. 2855)
Kalau memang setiap orang juga mengeluarkan kentut, mengapa ia tertawa ketika mendengarnya dari orang lain?. Seseorang mestinya tertawa terhadap sesuatu yang ia sendiri tidak melakukannya. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur orang-orang yang tertawa-tawa karena mendengar suara kentut, karena suara itu juga keluar dari mereka, dan dialami oleh kebanyakan orang.
Semestinya, seseorang menjaga kehormatan orang lain, bukan justru mempermalukannya.
Pada sebagian masyarakat, orang-orang tidak peduli ketika mendengar seseorang mengeluarkan kentut di tengah mereka dan mereka pun tidak merasa malu saat melakukannya juga. Mereka memandang keluarnya suara kentut tidak berbeda dengan suara bersin, batuk dan semisalnya. Namun, pada masyarakat lain, mereka memang ‘merespon’ suara tersebut.
Untuk itu, perlu kiranya kita mendengar perkataan Imam Nawawi rahimahullahsaat menjelaskan pelajaran dari hadits diatas :
“Dalam hadits (ini) terdapat larangan (bagi seseorang) menertawakan kentut yang didengar dari orang lain. Seyogyanya bersikap pura-pura tidak tahu, dan melanjutkan pembicaraan dan kesibukan yang sebelumnya dilakukan, tanpa menoleh atau tindakan lainnya, dan menampakkan seolah-olah tidak mendengarnya. Sikap ini memuat adab yang mulia dan pergaulan yang baik (dengan orang lain)”. (Syarh Shahih Muslim XVII/188).
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah menegaskan : “Engkau tertawa dan membuat orang lain malu, ini tindakan yang tidak patut”.
Beliau rahimahullah melanjutkan : “Hadits ini juga memuat satu petunjuk bahwa tidak seyogyanya seseorang mencela orang lain dengan sesuatu yang ia juga melakukannya. kalau engkau tidak mencela dirimu dengan kekurangan itu, mengapa engkau mencela kekurangan itu pada saudara-saudaramu?”. (Syarh Riyadhus Shalihin 1/657)
Termasuk tindakan yang tidak patut dilakukan oleh kaum Muslimin. Apabila berkumpul, mereka saling berbalas suara kentut dan kemudian tertwa-tawa setelah itu. Sebab, hal ini tidak sejalan dengan Muru’ah (nilai kesopanan) dan akhlak yang mulia. (Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Daimah XXXVI/112) Wabillahi taufiq.


Sumber : Di sini 

Akhir Dari Kota Kesyirikan


Awalnya kota ini dihuni oleh seluruh manusia yang kafir atau musyrik. Padahal jaraknya hanya sekitar 80 km saja dari Makkah. Namun saat ini, sejak kota ini ditaklukkan, seluruh penduduk ini telah bertauhid dan istiqamah diatas tauhidnya sampai sekarang, insya Allah Ta'ala. Apa yang telah terjadi pada kota ini sehingga penduduknya bertauhid semua?
Inilah kota Thaif, salah 1 kota yang berada di dalam negara Saudi Arabia.
Berawal di bulan Syawwal, 3 tahun sebelum hijrah. Dua orang berjalan 60 mil (80 km) dari Makkah menuju Tha’if. Mereka berdua berjalan kaki, berdebu di jalan Allah, demi menyampaikan risalah kebenaran. Tatkala sampai di Thaif, mereka berdua mendatangi tiga orang pemuka kabilah Tsaqif: Abd Yala’il, Mas’ud, dan Habib. Ketiganya putera Amr bin Umair Ats Tsaqafi. Kepada mereka bertiga disampaikanlah ajakan untuk memeluk Islam lewat lisan paling mulia. Tapi, jangankan sambutan atau balasan yang hangat dan damai, yang diterima oleh pendakwah ini malah makian dan cacian.
Salah seorang dari mereka berkata : “Jika Allah benar-benar mengutusmu, maka Dia akan merobek-robek pakaian Ka’bah”
Seorang yang lain menimpali : “Apakah Allah tidak menemukan orang lain selain dirimu?”
Orang terakhir tidak mau kalah : “Demi Allah! Aku sekali-kali tidak akan mau berbicara denganmu! Jika memang engkau seorang rasul, sungguh engkau terlalu agung untuk dibantah ucapanmu dan jika engkau seorang pendusta terhadap Allah, maka tidak patut pula aku berbicara denganmu”
Sambutan yang sangat tidak pantas bagi musafir dakwah tersebut. Dakwah dalam 10 hari di Thaif ditolak mentah-mentah oleh penduduknya. Ketika dua orang musafir ini hendak meninggalkan Thaif, mereka tidak dilepas dengan lambaian tangan perpisahan atau kenang-kenangan berharga, justru mereka diberi kenang-kenangan berupa lemparan batu dan cacian yang menyayat hati. Lemparan batu dari manusia-manusia tak bermoral itu membuat sandal Sang Pendakwah hingga berlumuran darah dari kakinya. Tidak ketinggalan, pendamping perjalanannya sekaligus anak angkatnya yang telah berusaha melindungi Sang Pendakwah itu juga turut terkena lemparan hingga kepalanya berdarah.
Perjalanan jauh dari Makkah ke Thaif, tinggal selama lebih dari seminggu, mengajak manusia kepada kebenaran, tapi justru keluar dari kota itu bagai makhluk hina yang terusir. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Sang Pendakwah tersebut, pastilah hancur dan sangat sedih.
Sampailah perjalanan mereka di tempat yang sekarang bernama Qarn Al Manazil. Sang Pendakwah yang juga manusia termulia itu bertemu dengan Jibril bersama Malaikat penjaga gunung. Malaikat penjaga gunung berkata : “Wahai Muhammad! Hal itu terserah padamu. Jika engkau menghendaki aku meratakan mereka dengan Al Akhasyabain (Dua bukit besar), maka aku lakukan”
Orang yang diseru itu menjawab : “Tidak, sesungguhnya aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang sulbi keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”
Kisah di atas disarikan dari yang tertulis di dalam kitab Ar Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri. Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Bad’ul Khalq I/458 dan diriwayatkan pula oleh Imam Muslim bab Ma Laqiyyan Nabiyya Shallallahu ‘alaihi wasallam Min Adzal Musyrikin wal Munafiqin II/109. 
Kisah di atas mengenai Sang Pendakwah yang tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan anak angkatnya, Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu.
Mengenai kisah di atas, Ibn Hajar Al Asqalani mengomentarinya : “Di dalam hadits ini terkandung keterangan mengenai besarnya rasa kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya dan betapa kuat kesabaran dan kelembutan sikapnya. Hal itu selaras dengan firman Allah ta’ala (yang artinya), ‘Dengan rahmat Allah maka kamupun bersikap lembut kepada mereka’. Dan juga firman-Nya (yang artinya), ‘Tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.’.” (Fathul Bari 6/353)
Apa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap tegar meski beribadah? Itu karena beliau berharap agar hasil dakwah ini bisa dituai di kemudian hari meski mungkin sekarang hal itu belum bisa terjadi. Hal itu bisa dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Tidak, sesungguhnya aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang sulbi keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Huud: 49)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap sabar menghadapi perlakuan buruk para penentangnya di kota Thaif. Meskipun mendapatkan perlakuan buruk, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendoakan kepada Allah agar menurunkan siksa kepada mereka. Namun sebaliknya, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam malah mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah, dan Allah Azza wa Jalla memperkenankan doa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Penulis : Akhi Fitr Kurniawan

Rabu, 28 Januari 2015

Biografi Ulama : Syaikhuna al-Mu’ammar al-Musnid Zhahiruddin Husein Aabdi al-Mubarakfuri


Beliau adalah salah satu ulama yang berasal dari India, meskipun beliau tidak populer dikalangan orang awam, akantetapi hal itu tidak menghilangkan kehebatan dan keutamaan beliau dikalangan ahli ilmu. Beliau adalah : Zhahiruddin Husein Aabdi bin Muhammad Bahadur Husein Aabdi ar-Rahmani al-Mubrakfuri al-Atsari. Bapaknya berrnama Muhammad Bahadur Husein Aabdi dikenal pula dengan Abd as-Shubhan Husein Aabdi. Sedangkan Husein Aabdi adalah tambahan nama yang disebut dalam kartu identitas resmi pemerintah. Sedang kunyah beliau Abu Dzulqarnain Sirojuddin. 
Dalam KTP nya disebutkan kalau beliau lahir tanggal 1 bulan 7 tahun 1923 M atau bertepatan dengan tanggal 18 bulan Dzul Qa’dah tahun 1341 H, tetapi syaikh mengatakan bahwa tanggal kelahiran sebenarnya lebih awal dari itu, yaitu sekitar tahun 1338 H atau 1920 M. Syaikh menikah dua kali dan dikaruniai keturunan dari kedua istrinya.
Masa belajar : Syaikh belajar membaca al-Qur’an kepada Ibunya yang bernama Khadijah seorang perempuan shalih dan berbudi luhur. Ketika umur beliau 8 tahun, beliau bertemu dengan penulis Syarh Sunan Tirmidzi “Tuhfatul Ahwadzi” yaitu al-Allamah al-Muhadits al-Kabir Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri. Waktu itu Syaikh Abdurrahman mengijazahinya ijazah khusus Tuhftul Ahwadzi dan ammah untuk semua riwayatnya. (Kami menduga, saat ini beliau adalah Orang Terakhir yang masih hidup yang meriwayatkan dari al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri.)
Setelah itu, beliau kemudian masuk madrasah ibtidaiyah Darul Ta’lim di Husein Aabad, lalu melanjutkan ke Madarasah tingkat lanjut di kota lain, sampai masuk di Madrasah ar-Rahmaniyah di Delhi yang ketika itu dikepalai oleh al-Allamah al-Muhadits Ahmadullah ad-Dihlawi salah satu murid al-Allamah Delhi Sayyid Nadzir Husein ad-Dihlawi dan rekan yunior dari al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri. 
Di sini beliau membaca Shahih Muslim kepada Syaikh Ahmadullah. Namun, baru sampai jilid awal, terjadi suatu permasalahan yang mengakibatkan Syaikh Ahmadullah marah kepada beberapa orang di Madrasah ar-Rahmaniyah dan pindah ke Madrasah Zabidiyah. Zhahiruddin muda tidak menyerah dengan keadaan ini, beliau mendatangi rumah syaikh di Zabidiyah dan memintanya menye-lesaikan bacaan jilid terakhir, namun ditolak oleh Syaikh Ahmadullah, begitu berkali-kali sampai beberapa hari. Namun melihat kesung-guhannya, akhirnya Syaikh Ahmadullah menyetujui permintaan itu dan Syaikh Zhahiruddin pun berhasil menyelesaikan bacaan Shahih Muslim semuanya dihadapan beliau. Bahkan beliau juga sempat membaca setengah dari Shahih Bukhori dan sebagian mutun ilmiyah lain kepadanya. 
Selain kepada Syaikh Ahmadullah beliau belajar pula kepada Syaikh Ahmad Hisyamudin al-Ma’awi, salah satu murid lain dari Muhadits Nadir Husein ad-Dihlawi di Madrasah beliau di Ma’aw. Sempat mendengar beberapa kitab kepadanya, diantaranya sebagian Muntaqa al-Akhbar, dan ijazah ammah. Untuk kitab al-Muntaqa ini, beliau sempat pula membaca sebagiannya kepada Syaikh Abdul Jalil Bastawi, syaikhul hadits di Madrasah Rahmaniyah pengganti Syaikh Ahmadullah.
Beliau juga belajar kepada Syaikh Ubaidullah bin Abdussalam al-Mubarakfuri, penulis syarah al-Misykat, Mir’atul Mafatih. Dan membaca kepadanya sejumlah kitab seperti Bukhori, Muwatho’, Sunan yang empat, dan Syamail Imam Tirmidzi. 
Aktivitas Beliau : Kini beliau adalah guru besar hadits di Jami’ah Darus Salam Amar Aabad, Hind. Syaikh dikenal termasuk ulama yang bersifat lemah lembut kepada murid-muridnya dan selalu mengajarkan itu kepada murid-muridnya. Syaikh mengatakan bahwa diantara kebiasaan para pengajar di daerahnya selalu membawa tongkat untuk memukul para pelajar yang lalai, dan beliau hampir 60 tahun mengajar, tidak pernah membawa tongkat sama sekali dan tidak pernah memukul murid-muridnya. 
Sebagian muridnya berkata, kalau Syaikh ahli dalam tidak kurang 17 bidang ilmu. Seperti ilmu Hadits, Tafsir, Tarikh Islam, Mantuq dan lain-lain. Dan beliau dikenal memiliki kompetensi dan pengalaman mengajar Sunan Abu Dawud dan Muqadimah Ibn Khaldun selama tidak kurang dari 40 tahun. Semoga Allah menjaga kami dan beliau dan menetapkan kami dan beliau dalam keikhlasan dan kebenaran.
Aamiin


Penulis : Ustadz Rikrik Aulia Rahman

 
Back To Top