Suasana
tenang akan mendadak berubah tatkala suara kentut terdengar di suatu tempat.
Tipe suaranya yang khas kerap kali sukses memecah keheningan dan mengundang
perhatian orang-orang yang tengah serius dengan kesibukannya. Keadaan pun
menjadi riuh dan gaduh.
Walaupun
merupakan bagian yang normal dari sistem pencernaan dalam tubuh manusia, kentut
atau gas buang pencernaan menyebabkan munculnya respon yang bermacam-macam.
Menertawakan atau tersenyum-senyum termasuk salah satu respon yang kerap
disaksikan terhadap pelaku buang gas yang kadang tidak terdeteksi.
Orang
yang mengeluarkan kentut di tengah orang banyak pastilah akan mengalami rasa
malu yang besar, apalagi bila orang-orang menertawakan dirinya. Kehormatan bisa
terkikis gara-gara angin yang bersuara tersebut tidak dapat terkontrol saat
keluar. Dan seorang wanita akan mengalami malu yang lebih besar dan raut
mukanya akan memerah malu jika kedapatan buang angin atau kentut.
Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati orang-orang
yang tertawa ketika mendengar suara kentut orang lain. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Mengapa salah seorang
dari kalian menertawakan sesuatu yang ia perbuat (juga)” (HR. Al-Bukhari no.
4942 dan Muslim no. 2855)
Kalau
memang setiap orang juga mengeluarkan kentut, mengapa ia tertawa ketika
mendengarnya dari orang lain?. Seseorang mestinya tertawa terhadap sesuatu yang
ia sendiri tidak melakukannya. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur
orang-orang yang tertawa-tawa karena mendengar suara kentut, karena suara itu
juga keluar dari mereka, dan dialami oleh kebanyakan orang.
Semestinya,
seseorang menjaga kehormatan orang lain, bukan justru mempermalukannya.
Pada
sebagian masyarakat, orang-orang tidak peduli ketika mendengar seseorang
mengeluarkan kentut di tengah mereka dan mereka pun tidak merasa malu saat
melakukannya juga. Mereka memandang keluarnya suara kentut tidak berbeda dengan
suara bersin, batuk dan semisalnya. Namun, pada masyarakat lain, mereka memang
‘merespon’ suara tersebut.
Untuk
itu, perlu kiranya kita mendengar perkataan Imam Nawawi rahimahullahsaat
menjelaskan pelajaran dari hadits diatas :
“Dalam hadits (ini)
terdapat larangan (bagi seseorang) menertawakan kentut yang didengar dari orang
lain. Seyogyanya bersikap pura-pura tidak tahu, dan melanjutkan pembicaraan dan
kesibukan yang sebelumnya dilakukan, tanpa menoleh atau tindakan lainnya, dan
menampakkan seolah-olah tidak mendengarnya. Sikap ini memuat adab yang mulia
dan pergaulan yang baik (dengan orang lain)”. (Syarh Shahih Muslim
XVII/188).
Syaikh
Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah menegaskan : “Engkau tertawa dan membuat orang
lain malu, ini tindakan yang tidak patut”.
Beliau
rahimahullah melanjutkan : “Hadits ini juga memuat satu petunjuk bahwa
tidak seyogyanya seseorang mencela orang lain dengan sesuatu yang ia juga melakukannya.
kalau engkau tidak mencela dirimu dengan kekurangan itu, mengapa engkau mencela
kekurangan itu pada saudara-saudaramu?”. (Syarh Riyadhus Shalihin
1/657)
Termasuk
tindakan yang tidak patut dilakukan oleh kaum Muslimin. Apabila berkumpul,
mereka saling berbalas suara kentut dan kemudian tertwa-tawa setelah itu.
Sebab, hal ini tidak sejalan dengan Muru’ah (nilai kesopanan) dan akhlak yang
mulia. (Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Daimah XXXVI/112) Wabillahi taufiq.
Sumber
: Di sini
0 komentar:
Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih