Beliau adalah
salah satu ulama yang berasal dari India, meskipun beliau tidak populer
dikalangan orang awam, akantetapi hal itu tidak menghilangkan kehebatan dan
keutamaan beliau dikalangan ahli ilmu. Beliau adalah : Zhahiruddin Husein Aabdi bin Muhammad Bahadur Husein Aabdi ar-Rahmani
al-Mubrakfuri al-Atsari. Bapaknya berrnama Muhammad Bahadur Husein Aabdi dikenal pula dengan Abd as-Shubhan Husein Aabdi. Sedangkan
Husein Aabdi adalah tambahan nama yang disebut dalam kartu identitas resmi
pemerintah. Sedang kunyah beliau Abu Dzulqarnain
Sirojuddin.
Dalam KTP
nya disebutkan kalau beliau lahir tanggal 1 bulan 7 tahun 1923 M atau
bertepatan dengan tanggal 18 bulan Dzul Qa’dah tahun 1341 H, tetapi syaikh
mengatakan bahwa tanggal kelahiran sebenarnya lebih awal dari itu, yaitu sekitar
tahun 1338 H atau 1920 M. Syaikh menikah dua kali dan dikaruniai keturunan dari
kedua istrinya.
Masa
belajar : Syaikh belajar membaca al-Qur’an kepada Ibunya yang bernama Khadijah
seorang perempuan shalih dan berbudi luhur. Ketika umur beliau 8 tahun, beliau
bertemu dengan penulis Syarh Sunan Tirmidzi “Tuhfatul Ahwadzi” yaitu al-Allamah
al-Muhadits al-Kabir Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri. Waktu
itu Syaikh Abdurrahman mengijazahinya ijazah khusus Tuhftul Ahwadzi dan ammah
untuk semua riwayatnya. (Kami menduga, saat ini beliau adalah Orang Terakhir yang masih hidup yang
meriwayatkan dari al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri.)
Setelah
itu, beliau kemudian masuk madrasah ibtidaiyah Darul Ta’lim di Husein Aabad,
lalu melanjutkan ke Madarasah tingkat lanjut di kota lain, sampai masuk di
Madrasah ar-Rahmaniyah di Delhi yang ketika itu dikepalai oleh al-Allamah
al-Muhadits Ahmadullah ad-Dihlawi salah satu murid al-Allamah Delhi Sayyid
Nadzir Husein ad-Dihlawi dan rekan yunior dari al-Allamah Abdurrahman
al-Mubarakfuri.
Di sini
beliau membaca Shahih Muslim kepada Syaikh Ahmadullah. Namun, baru sampai jilid
awal, terjadi suatu permasalahan yang mengakibatkan Syaikh Ahmadullah marah
kepada beberapa orang di Madrasah ar-Rahmaniyah dan pindah ke Madrasah Zabidiyah.
Zhahiruddin muda tidak menyerah dengan keadaan ini, beliau mendatangi rumah
syaikh di Zabidiyah dan memintanya menye-lesaikan bacaan jilid terakhir, namun
ditolak oleh Syaikh Ahmadullah, begitu berkali-kali sampai beberapa hari. Namun
melihat kesung-guhannya, akhirnya Syaikh Ahmadullah menyetujui permintaan itu
dan Syaikh Zhahiruddin pun berhasil menyelesaikan bacaan Shahih Muslim semuanya
dihadapan beliau. Bahkan beliau juga sempat membaca setengah dari Shahih
Bukhori dan sebagian mutun ilmiyah lain kepadanya.
Selain
kepada Syaikh Ahmadullah beliau belajar pula kepada Syaikh Ahmad Hisyamudin
al-Ma’awi, salah satu murid lain dari Muhadits Nadir Husein ad-Dihlawi di
Madrasah beliau di Ma’aw. Sempat mendengar beberapa kitab kepadanya,
diantaranya sebagian Muntaqa al-Akhbar, dan ijazah ammah. Untuk kitab
al-Muntaqa ini, beliau sempat pula membaca sebagiannya kepada Syaikh Abdul
Jalil Bastawi, syaikhul hadits di Madrasah Rahmaniyah pengganti Syaikh
Ahmadullah.
Beliau
juga belajar kepada Syaikh Ubaidullah bin Abdussalam al-Mubarakfuri, penulis
syarah al-Misykat, Mir’atul Mafatih. Dan membaca kepadanya sejumlah kitab
seperti Bukhori, Muwatho’, Sunan yang empat, dan Syamail Imam Tirmidzi.
Aktivitas
Beliau : Kini beliau adalah guru besar hadits di Jami’ah Darus Salam Amar
Aabad, Hind. Syaikh dikenal termasuk ulama yang bersifat lemah lembut kepada
murid-muridnya dan selalu mengajarkan itu kepada murid-muridnya. Syaikh
mengatakan bahwa diantara kebiasaan para pengajar di daerahnya selalu membawa
tongkat untuk memukul para pelajar yang lalai, dan beliau hampir 60 tahun
mengajar, tidak pernah membawa tongkat sama sekali dan tidak pernah memukul
murid-muridnya.
Sebagian
muridnya berkata, kalau Syaikh ahli dalam tidak kurang 17 bidang ilmu. Seperti ilmu Hadits,
Tafsir, Tarikh Islam, Mantuq dan lain-lain. Dan beliau dikenal memiliki
kompetensi dan pengalaman mengajar Sunan Abu Dawud dan Muqadimah Ibn Khaldun
selama tidak kurang dari 40 tahun. Semoga Allah menjaga kami dan beliau dan
menetapkan kami dan beliau dalam keikhlasan dan kebenaran.
Aamiin
Penulis :
Ustadz Rikrik Aulia Rahman
waduhhh bingung mau komen apa,,,
BalasHapuskebenaran hanya milik Allah,,, yg lain pada numpang