Minggu, 02 September 2012

Ya Rabbi, Bukalah hati kedua orang tuaku Untuk Shalat....!



Ini adalah seorang anak yang di ilhami Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk teguh, diberi taufiq untuk berada di atas kebenaran dan dilapangkan dadanya dengan keimanan setelah dia mendengar untaian-untaian kalimat jujur yang keluar dari guru dan teman-temannya tentang shalat, keagungan dan kedudukannya dalam syariat.
Maka diapun mendatangi shalat, menjaga kelestariannya, sementara dia diuji dengan kedua orangtuanya yang tidak menjaga shalatnya.
Mulailah sang ibu mengkhawatirkan keluarnya anak ini dari rumah untuk shalat secara umum, terutama untuk shalat subuh. Bahkan sang ibu berusaha agar membuat sang anak mengecualikan subuh dari shalat-shalat lain (dengan tidak mendatanginya keluar dari rumah di pagi hari).
Akan tetapi shalat telah tertanam dalam lubuk hati dan rohnya. Sang ayahpun berusaha untuk meringankan larangan sang ibu dengan berkata kepadanya: "Jangan engkau halangi keinginannya, itu adalah satu masa dari masa kanak-kanak".
Haripun berjalan, sementara apa yang diharapkan oleh sang ayah tidaklah terwujud. Di suatu pagi di hari Jum’at, sang ibu tidak mendengar langkah masuk dan datangnya sang anak dari shalat subuh. Dengan segera sang ibu berdiri dan pergi ke kamar sang anak. Saat di depan pintu dia mendengar sebuah suara yang rnenggema yang rnembangkitkan perasaan. Sang ibupun membuka pintu, ternyata dia melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan. Tahukah anda, pernandangan apa yang dilihat oleh sang ibu?
Sang anak sedang rnengangkat kedua tangannya ke langit dan dengan lisannya yang penuh ketundukan dia berdoa dengan mendesak seraya membaca dengan berulang ulang:
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
 "Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat, Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat, Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat". 
Sang ibupun berdiri, perasaan aneh telah menguasai dirinya saat dia mendengar doa tersebut "Ya Allah, berilah hidayah ayah dan ibuku untuk shalat".
Diapun pergi kepada sang ayah untuk mengabarinya seraya berkata: “Berdirilah, dan dengarkan apa yang diperbuat oleh anak kita". Sang ayah menyangka bahwa sang anak telah membakar dirinya sendiri atau ingin mencabut nyawanya sendiri.
Sang ayah datang dengan rasa kantuknya hanya demi menuruti istrinya. Tatkala dia sudah dekat dari kamar sang anak, dia mendengar desahan-desahan yang bercampur dengan kalimat-kalimat yang menyentuh perasaan. Dia membuka pintu kamar. Maka dia melihat sang anak sedang dalam keadaan shalat. Bukan hanya ini, bahkan dia tengah berdo’a kepada Allah serta mengulang-ulang do’a:
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
“…Ya Allah, !apangkanlah dada ayah dan ibuku untuk shalat…”
Tatkala sang ibu melihat pemandangan yang menyentuh ini, mengalirlah air matanya, tergeraklah keinginannya, hilanglah darinya kegelapan, lalu diapun menghambur, memeluk dan menimang sang anak yang masih kecil.
Saat itu pula keimanan sang ayah tergerak yang diikuti dengan bercucurannya air mata dan tangisan.
Maka terkumpullah padanya cahaya hidayah, dan Allah telah melapangkan dadanya dengan kalimat-kalimat dari si kecil tersebut. Tidaklah sang ayah mampu menguasai jiwanya saat mendengar do’a dari buah hatinya yang masih kecil tersebut kecuali dia segera bangkit lalu menimang dan memeluk si kecil dengan erat.
Saat itulah, saat kembali kepada Allah, sang ayah berkata kepada si kecil: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan do’a mu wahai buah hatiku."
Sejak saat itu, sang ayah tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah, sementara sang ibu menjadi sahabat musholanya. Maka Maha Suci Allah yang telah memberikan hidayah kepada mereka, serta menganugerahi mereka kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang Allah hendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama Islam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,…” (QS.Al An’am: 125)
Sesungguhnya, itulah do’a… Panah malam hari yang mampu mengetuk pintu-pintu langit. Maka tatkala siang hari datang dengan cahayanya, menjadi nyatalah pengaruh-pengaruhnya, serta menjadi tampaklah buahnya. Sesungguhnya do’a itu telah mengetuk pintu langit. Sebuah batu tidak mungkin terpecah dengan sekali pukulan, maka haruslah diketuk berulang kali.
Selamat bagirnu wahai anak dengan keinginan kuatmu menyampaikanmu kepada hasil gemilang.
Selamat bagimu wahai sang guru dengan pahala yang besar.
Selamat bagi anda wahai para pembaca budiman yang telah membaca kisah ini.
Allah telah memelihara kedua tangan kecil yang memegang semangat dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dua buah tangan yang di dalamnya bercampur kekanak-kanakkan dan kedewasaan, kecintaan dan kemauan. Maka di manakah kemauan kita bila dibandingkan dengan kemauan si kecil tersebut? Bagaimanakah jerih payah kita terhadap keluarga dan kerabat kita? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan dan afiah kepada kita semua.

0 komentar:

Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih

 
Back To Top