Ini adalah
seorang anak yang di ilhami Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk teguh, diberi
taufiq untuk berada di atas kebenaran dan dilapangkan dadanya dengan keimanan
setelah dia mendengar untaian-untaian kalimat jujur yang keluar dari guru dan
teman-temannya tentang shalat, keagungan dan kedudukannya dalam syariat.
Maka diapun
mendatangi shalat, menjaga kelestariannya, sementara dia diuji dengan kedua
orangtuanya yang tidak menjaga shalatnya.
Mulailah
sang ibu mengkhawatirkan keluarnya anak ini dari rumah untuk shalat secara
umum, terutama untuk shalat subuh. Bahkan sang ibu berusaha agar membuat sang
anak mengecualikan subuh dari shalat-shalat lain (dengan tidak mendatanginya
keluar dari rumah di pagi hari).
Akan tetapi
shalat telah tertanam dalam lubuk hati dan rohnya. Sang ayahpun berusaha untuk
meringankan larangan sang ibu dengan berkata kepadanya: "Jangan engkau
halangi keinginannya, itu adalah satu masa dari masa kanak-kanak".
Haripun
berjalan, sementara apa yang diharapkan oleh sang ayah tidaklah terwujud. Di
suatu pagi di hari Jum’at, sang ibu tidak mendengar langkah masuk dan datangnya
sang anak dari shalat subuh. Dengan segera sang ibu berdiri dan pergi ke kamar
sang anak. Saat di depan pintu dia mendengar sebuah suara yang rnenggema yang
rnembangkitkan perasaan. Sang ibupun membuka pintu, ternyata dia melihat sebuah
pemandangan yang menakjubkan. Tahukah anda, pernandangan apa yang dilihat oleh
sang ibu?
Sang anak
sedang rnengangkat kedua tangannya ke langit dan dengan lisannya yang penuh ketundukan dia
berdoa dengan mendesak seraya membaca dengan berulang ulang:
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
يا ربي افتح قلوب من أمي وأبي للصلاة
"Ya
Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat, Ya Rabbi, berilah
hidayah hati ayah dan ibuku
untuk shalat, Ya Rabbi, berilah hidayah hati ayah dan ibuku untuk shalat".
Sang ibupun berdiri, perasaan aneh telah
menguasai dirinya saat dia mendengar doa tersebut "Ya Allah, berilah
hidayah ayah dan ibuku untuk shalat".
Diapun pergi kepada sang ayah untuk
mengabarinya seraya berkata: “Berdirilah, dan dengarkan apa yang diperbuat oleh
anak kita". Sang ayah menyangka bahwa sang anak telah membakar dirinya
sendiri atau ingin mencabut nyawanya sendiri.
Sang ayah datang dengan rasa kantuknya
hanya demi menuruti istrinya. Tatkala dia sudah dekat dari kamar sang anak, dia
mendengar desahan-desahan yang bercampur dengan kalimat-kalimat yang menyentuh
perasaan. Dia membuka pintu kamar. Maka dia melihat sang anak sedang dalam
keadaan shalat. Bukan hanya ini, bahkan dia tengah berdo’a kepada Allah serta
mengulang-ulang do’a:
يا ربي افتح قلوب من أمي
وأبي للصلاة
“…Ya Allah, !apangkanlah dada ayah dan
ibuku untuk shalat…”
Tatkala sang ibu melihat pemandangan
yang menyentuh ini, mengalirlah air matanya, tergeraklah keinginannya,
hilanglah darinya kegelapan, lalu diapun menghambur, memeluk dan menimang sang
anak yang masih kecil.
Saat itu pula keimanan sang ayah
tergerak yang diikuti dengan bercucurannya air mata dan tangisan.
Maka terkumpullah padanya cahaya
hidayah, dan Allah telah melapangkan dadanya dengan kalimat-kalimat dari si
kecil tersebut. Tidaklah sang ayah mampu menguasai jiwanya saat mendengar do’a
dari buah hatinya yang masih kecil tersebut kecuali dia segera bangkit lalu
menimang dan memeluk si kecil dengan erat.
Saat itulah, saat kembali kepada Allah,
sang ayah berkata kepada si kecil: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan
do’a mu wahai buah hatiku."
Sejak saat itu, sang ayah tidak pernah
meninggalkan shalat berjama’ah, sementara sang ibu menjadi sahabat musholanya.
Maka Maha Suci Allah yang telah memberikan hidayah kepada mereka, serta
menganugerahi mereka kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang Allah hendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama Islam,
dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit,…” (QS.Al An’am: 125)
Sesungguhnya, itulah do’a… Panah malam
hari yang mampu mengetuk pintu-pintu langit. Maka tatkala siang hari datang
dengan cahayanya, menjadi nyatalah pengaruh-pengaruhnya, serta menjadi
tampaklah buahnya. Sesungguhnya do’a itu telah mengetuk pintu langit. Sebuah
batu tidak mungkin terpecah dengan sekali pukulan, maka haruslah diketuk
berulang kali.
Selamat bagirnu wahai anak dengan
keinginan kuatmu menyampaikanmu kepada hasil gemilang.
Selamat bagimu wahai sang guru dengan
pahala yang besar.
Selamat bagi anda wahai para pembaca
budiman yang telah membaca kisah ini.
Allah telah memelihara kedua tangan
kecil yang memegang semangat dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dua buah
tangan yang di dalamnya bercampur kekanak-kanakkan dan kedewasaan, kecintaan
dan kemauan. Maka di manakah kemauan kita bila dibandingkan dengan kemauan si
kecil tersebut? Bagaimanakah jerih payah kita terhadap keluarga dan kerabat
kita? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan dan afiah
kepada kita semua.
0 komentar:
Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih