Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun.
Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah
berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi
kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang
relatif sangat muda, Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia
pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih
berganti. Awalnya mereka mengira “morning
sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda. Akan tetapi, selama hamil
bahkan setelah melahirkanpun istrinya
masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal
yang dideritanya.
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita
istrinya semakin parah. Yaqin
bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang
dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 Kg.
Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk
sekali cuci darah. Namun Yaqin tak peduli berapapun
biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit.
Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah
kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh.
Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung.
Diobati lagi, sembuh. Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi,
Alhamdulillah sembuh... suatu ketika, Istrinya sempat merasakan ada yang aneh
dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil
dengan “Ummy” dan ” Abi”. sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi?” Yaqin agak panik “Semua
terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga
menghampiri dirinya. Subhanallah, sungguh
dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya.
Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik
dan diperbolehkan pulang. Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja
istrinya merasakan sakit yang luar biasa di
bagian perutnya, sangat sakit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk
melangkah dan hanya tergeletak di paving
depan rumahnya.
“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya...” pintanya
sambil memegang perutnya. Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang
harus diserahkan esok harinya sesuai deadline.
Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya
melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini. Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan
untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan
dokter.
“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi
masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang. “Orang sakit itu berat
penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh
syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan
Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur ’an agar selalu ingat Allah.”
Yaqin lalu menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah
handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya
lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.
“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah
telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah
Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai
sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan.” “Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin
menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan
istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi.. Ummi mau tak belikan
baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah Bi, Ummi nggak ikut lebaran kok”
jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok
baru nawarin baju sekarang. “Mi, maaf, Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi
Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.” “Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut
lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.” ”Oh iya
Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang
lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring
sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang
sudah dibelinya.
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali. Banyak perawat
dan dokter yang mengelilingi istrinya. “Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah
membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba
berkali- kali.” jawab perawat yang mengurusnya. Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu
kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya. Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air
mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa
terdengar satu patah katapun dari bibirnya.
“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?”
“Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.”
Hatinya seakan berkecamuk.
“Doanya yang banyak ya Bi”
“Pasti Ummi”
“Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin
lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya
menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki
istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu
berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu
berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya. Dia peluk tubuh
istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air
matanya tak mampu ia bendung lagi…
Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah
istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan
ambulan. Waktu itu, dia hanya sendiri, kedua
orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah.
Setelah
semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.
semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran
dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu??”
“Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di
ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari
jenazah istri bapak ini.”
“Subhanallah…” Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin
saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian
ini mengingatkan pada suatu hadits “Sesungguhnya
bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan
akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih
bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga.
Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada
saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat
kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang
baik, bergegaskeluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah.”
Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan
mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah
keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di
tangan Malaikat Maut,
para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak
membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat
Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya
dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka
bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan
bau minyak misik yang paling harum yang belum
pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke
langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya,
melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat
pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah
arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa
hidup di dunia ia pernah
dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
“Sungguh sangat singkat
kebersamaan kami di dunia ini, akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa
pulang. Biarlah dia bahagia di sana.” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin. Mudah-mudahan
dapat menjadi pelajaran untuk kita semua, terutama kita yang sudah berumah
tangga yang mana pentingnya arti dari saling pengertian.
Subhanallah
BalasHapus