Kamis, 20 Juni 2013

Kupas Tuntas Kundalini, Apakah Sesuai dengan Syari'at Islam


Kundalini berasal dari kata sansekerta yang berarti gulungan. Dalam keadaan tidur, Kundalini berbentuk sebuah gulungan tiga setengah lingkaran di bawah tulang ekor. Saat bangkit, kundalini akan merambat ke atas melalui tulang ekor dan tulang punggung untuk mencapai puncak kepala (mahkota). Kundalini biasa juga disebut sebagai DEWI ULAR, karena bentuknya yang bergulung saat tidur dan kenaikannya yang tidak selalu lurus (Bdk Irmansyah Effendi, MSc., Kundalini, hal. 6). 
Dalam praktek Yoga untuk membangunkan kundalini dilakukan pengucapan “MANTRA” (kata-kata suci) yaitu Om-Ram, dan sasaran dari latihan yoga adalah untuk membangun Kundalini ! Kundalini terletak diantara kemaluan dan lubang pantat, dan berbentuk seperti ular, karena itu disebut “Kekuatan Ular”. 
Kebangkitan Kundalini diyakini dapat mendapatkan kemampuan psikik seperti: 
·      clairvoyant: penglihatan tidak terbatas atas ruang, materi, waktu, dan dimensi.
·      clairaudience: pendengaran tidak terbatas atas ruang dan dimensi. 
·      psychometry: "melihat" sejarah setiap benda yang disentuh.
·      perjalanan astral: keluar dari tubuh fisik dan melakukan perjalanan dengan tubuh halus. 
Unsur Negatifnya sangat banyak, banyak laporan pada saya bahwa yang membangkitkan kundalininya (Rata-rata dari inisiasi reiki Tummo, MEDITASI DAN YOGA) mengalami siksaan secara fisik dan psikis. Bahkan banyak yang menjadi gila karena berusaha mengolah kundalininya.
Daftar Symptom-symptom yang paling umum dari Kundalini Syndrome menurut beberapa literatur yang saya baca:
·      Aliran panas yang seperti membakar, atau dingin sedingin es yang mengalir keatas pada tulang punggung, dan pada banyak kasus mencapai kepala.
·      Kadang terasa seperti seekor ular yang merayap atau gelembung-gelembung yang mengalir keatas tubuh naik kekepala.
·      Rasa kesemutan pada perut bagian bawah, tulang punggung atau kepala.
·      Sakit yang berpindah-pindah diseluruh tubuh.
·      Rasa kesemutan pada perut bagian bawah, tulang punggung atau kepala.
·      Getaran-getaran, kelelahan atau kram pada kaki atau pada tempat-tempat lain di tubuh.
·      Denyut jantung menjadi lebih cepat dan bertambahnya metabolisme tubuh. 
·      Hipersensitif terhadap suara, cahaya, bau-bauan dan kehadiran seseorang. 
·      Orgasme pada bagian-bagian tubuh yang berbeda, atau mengalami total kosmik orgasme. 
·      Pengalaman-pengalaman mistik keagamaan atau peramalan.
·      Kemampuan parapsikologi. Fenomena cahaya di dalam ataupun di luar tubuh.
·      Masalah menemukan keseimbangan antara impuls seks yang tinggi dan keinginan untuk hidup suci. 
·      Perasaan terasing sehubungan dengan ketidak-tahuan atas apa yang terjadi. 
·      Susah tidur, kelelahan yang sangat atau depresi yang mendalam. Kehilangan energi. 
·      Menurunnya daya konsentrasi dan buruknya ingatan. 
·      Terisolasi total, karena tidak ada seorang pun yang dapat berbagi pengalaman dengannya. 
·      Emosi yang tidak stabil, bersuara atau tertawa secara mendadak. 
·      Bunyi melengking atau hampa di telinga.
·      Gejala-gejala sinusitis, pilek atau demam selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 
Simptome Kundalini ini sangat mirip dengan gangguan makhluk eterik sebangsa jin, banyak keluhan daripara praktisi reiki dan ilmu esoterik lainnya yang dikira mengalami syndroma kundalini ternyata setelah mereka mendengarkan audio ayat suci Al-Qur'an mengalami situasi yang sangat kritis, mereka banyak mengalami trance (gerak tubuh tidak terkontrol, mual-mual, sendawa, muntah, menangis, tubuh bergetar dengan kerasnya, sampai berteriak-teriak) seharusnya jika energi kundalini ini selaras dengan ayat-ayat Allah maka akan mendapatkan ketenangan ketika mendengarkan Al-Qur'an bukannya mengalami reaksi keras.
Allah Ta’ala memerintahkan secara umuk kepada orang mukmin untuk mendengarkan Al-Qur’an dan memperhatikan dengan tenang. Allah subhanahu berfirman:
“Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” QS. Al-A’raf: 204.
Jika mendengarkan Al-Qur'an lalu hati tidak menjadi tenang, dada berdebar-debar, terasa panas atau mengalami reaksi syndroma kundalini yang berat, maka ada yang salah dalam diri kita, hanya hati dan bersih dari gangguan setan yang dapat merasakan kenikmatan mendengarkan Al-Qur'an.
Jika teman-teman praktisi reiki, Ilmu hikmah, yoga, ilmu metafisika merasa tidak nyaman mendengarkan ayat ruqyah dan malah merasa nyaman meditasi atau penyaluran energi maka ketahuilah teman-teman semua sudah diperdaya oleh setan dikalangan jin.
Energi kundalini yang disimbolkan sebagai ular yang muncul dari ujung tulang ekor dalam literatur islam adalah simbol dari perwujudan setan. Allah azza wa jalla menciptakan jin ada 3 macam: 1 berupa ular dan kalajengking dan binatang-binatang kotor lainnya di muka bumi (berwujud binatang), 1 macam berupa angin dan 1 macam lagi berupa (wujud seperti) yang mendapat hisab dan siksa (H.R. Abu Syaikh dari Abu Darda) (Hadits ini didhoifkan oleh Imam Suyuthi)
Bergeraknya ular kundalini lalu diklaim oleh praktisinya dapat mendapatkan kemampaun ghoib ini jelas menyalahi hukum syari'at, sebab Rasulullah saja tidak mengetahui yang ghoib.
Allah ta'ala bahkan memberi perintah pada Rasulullah:
“Katakanlah, ‘Aku tidak kuasa memberi manfaat bagi diriku dan tidak pula kuasa menghindarkan kerugian, kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui hal yang gaib, tentulah aku melakukan kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kerugian. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-A’raaf: 188)
Jika memang sang Dewi Ular selaras dengan Islam maka tentulah rasul mengajarkan umatnya terutama para sahabat untuk mendapatkan kemampuan:
·      clairvoyant: penglihatan tidak terbatas atas ruang, materi, waktu, dan dimensi.
·      clairaudience: pendengaran tidak terbatas atas ruang dan dimensi. 
·      psychometry: "melihat" sejarah setiap benda yang disentuh.
·      perjalanan astral: keluar dari tubuh fisik dan melakukan perjalanan dengan tubuh halus. 
Namun justru Rasulullah tidak pernah mengajarkannya, Jika rasulullah memiliki ilmu clairvoyant, clairaudience, psychometri, perjalanan astral maka tentulah Rasul tahu yang ghoib dan tidak akan tertimpa masalah sedikitpun dalam penyebaran islam bahkan pada saat berperang.


Di kutip dari catatan: Ust Perdana Akhmad

Jumat, 07 Juni 2013

Kesalahan yang Harus Di Tinggalkan dalam Menyambut Bulan Ramadhan


Berikut adalah beberapa kesalahan yang dilakukan dalam menyambut bulan Ramadhan yang tersebar luas di tengah-tengah kaum muslimin. Semoga dengan mengetahui hal ini, kita dapat membetulkan kekeliruan yang selama ini terjadi.
Pertama: Nyekar (Ziarah Kubur)
Ziarah kubur (Nyekar: bahasa Jawa) adalah sebuah amalan yang mulia di dalam Islam, karena dengan ziarah kubur, manusia akan diingatkan dengan kematian dan akhirat sehingga manusia tidak terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia. Di samping itu, ziarah kubur bisa melunakkan hati yang keras.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Hakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Ziarah kubur ini dianjurkan kapanpun, tidak terikat dengan waktu. Tidak boleh bagi seorangpun yang mengikat ziarah kubur dengan waktu tertentu. Salah satu bentuk pengikatan ziarah kubur dengan waktu tertentu adalah mengkhususkan ziarah kubur pada setiap menjelang datangnya bulan Ramadhan atau bulan-bulan lainnya.
Jika anda ingin berziarah kubur, maka berziarahlah kapanpun waktunya, tidak usah mengkhususkan waktu tertentu untuk berziarah.

Kedua: Saling Bermaaf-Maafan
Sama halnya dengan ziarah kubur, meminta maaf juga merupakan sebuah amalan yang mulia di dalam Islam. Jika kita melakukan sebuah kesalahan atau dosa yang berhubungan dengan hak-hak manusia, maka salah satu syarat untuk memohon ampun kepada Allah adalah meminta maaf kepada manusia yang bersangkutan agar dia memaafkan kita, sekaligus kita harus mengembalikan haknya jika ada hak yang telah direnggut.
Meminta maaf juga dianjurkan untuk dilakukan kapanpun selama kita memiliki kesalahan. Caranya adalah dengan menyebutkan kesalahan kita dan kemudian kita minta maaf kepada orang yang bersangkutan atas kesalahan yang kita lakukan. Itulah yang benar.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449)
Namun, di masyarakat kita muncul sebuah tradisi saling meminta maaf menjelang datangnya Ramadhan dan Idul Fitri. Setiap tahunnya menjelang datangnya bulan Ramadhan atau ketika Idul Fitri, kita mendapati sebagian kaum muslimin saling bermaaf-maafan. Anehnya, tidak disebutkan kesalahan apa yang telah diperbuat sehingga mereka meminta maaf.
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk segera meminta maaf jika kita berbuat kesalahan kepada orang lain. Hal itu dikarenakan kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Jika kita meninggal sebelum meminta maaf atas kesalahan kita, maka kesalahan kita tersebut akan kita bawa ke akhirat. Adapun meminta maaf kepada orang lain tanpa tahu sebab kesalahan apa dia meminta maaf, maka ini tidak dianjurkan dalam Islam.
Mungkin ada yang berkata: “Kan mungkin saja ada kesalahan yang tidak kita sadari?”. Maka kita menjawab bahwa memang benar pernyataan tersebut, akan tetapi meminta maaf tanpa sebab itu tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat beliau radhiyallaahu ‘anhum.
Di samping itu, kesalahan yang kita lakukan tanpa kita sadari tidaklah terhitung sebagai dosa. Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Sesungguhnya Allah telah memaafkan umatku yang berbuat salah karena tidak sengaja (tidak disadari), atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR. Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
Waspadalah!!!
Menjelang Ramadhan, biasanya tersebar pesan-pesan singkat yang bunyinya kira-kira seperti ini,
“Do’a Malaikat Jibril menjelang Ramadhan: “Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri
Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya”
Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapatkah kita bayangkan, yang berdo’a adalah Malaikat dan yang mengaminkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum’at”.
Doa ini tidak tercantum dalam hadits-hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan nampaknya dijadikan sandaran untuk amalan minta maaf menjelang Ramadhan.
Yang ada adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya: “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda: “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192) dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254). Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679))
Coba cermati makna dua lafazh hadits di atas! Sungguh keduanya amat jauh berbeda. Entah bagaimana asalnya sehingga tersebar lafazh hadits sebagaimana yang banyak tersebar melalui sms-sms.
Sebagai umat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, hendaknya kita berhati-hati dalam menyebarkan sesuatu yang mengatasnamakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Hendaknya yang kita sebarkan mengenai beliau adalah sesuatu yang shahih, benar dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengancam orang-orang yang berdusta atas nama beliau, yakni orang-orang yang menyebarkan hadits atau riwayat yang tidak benar atau palsu dari beliau. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):
“Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketiga: Padusan (Jawa) atau Balimau (Sumatera Barat)
Padusan adalah tradisi yang tersebar di beberapa daerah di Jawa. Padusan adalah upacara berendam atau mandi di sumur-sumur, atau sumber mata air yang di anggap keramat. Upacara ini dinamakan padusan yang bermakna penyucian jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa. Selain itu, padusan bermakna sebagai pembersihan diri dari kesalahan dan dosa yang telah dilakukan.
Di samping padusan, kita juga mengenal tradisi balimau. Tradisi balimau ini hampir mirip dengan tradisi padusan, yakni berendam atau mandi bersama-sama, bercampur baur antara laki-laki-perempuan di sungai-sungai atau tempat-tempat pemandian. Tradisi balimau ini berasal dari Sumatera Barat. Tradisi ini biasanya dilakukan beberapa hari menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Dimulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Ada juga yang memulainya menjelang terbenam matahari hingga malam. Mirip dengan padusan, balimau juga bermakna pembersihan diri secara lahir dan batin agar siap menjalankan ibadah puasa.
Itulah gambaran sekilas dari tradisi Padusan dan Balimau yang ada di masyarakat kita. Maka nampaklah bagaimana pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah di dalamnya. Kaum muslimin yang melakukan tradisi ini, mereka bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, para wanita yang membuka aurat-aurat mereka sehingga ditonton oleh kaum lelaki dengan seenaknya.
Sungguh, Islam adalah agama yang memerintahkan untuk tidak bercampur baur antara laki-laki dan perempuan jika tidak ada hajat yang mendesak. Islam juga agama yang memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menjaga aurat masing-masing. Kita telah berada di zaman dimana aurat bukanlah sesuatu yang sangat berharga sehingga dengan mudahnya dipertontonkan kepada siapapun. Begitulah Islam menjaga aurat, terutama bagi wanita sampai-sampai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang kaum wanita memasuki tempat pemandian umum.
Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa pernah berkata kepada para wanita yang biasa masuk ke pemandian umum. Beliau berkata (artinya), “Apakah kalian ini yang biasa membiarkan wanita-wanita kalian masuk ke tempat pemandian (umum)? Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), ‘Tidak ada seorang wanita pun yang melepas pakaiannya (tanpa busana) di selain rumah suaminya melainkan ia telah mengoyak penutup antara dia dan Rabbnya” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan ia menshahihkannya di atas syarat Syaikhain (Al-Bukhari dan Muslim) dan Adz-Dzahabi menyepakatinya)
Inilah cara yang salah untuk menyucikan diri menjelang Ramadhan. Mereka yang melaksanakan tradisi ini mengklaim bahwa dengan melaksanakan tradisi ini, maka jiwa dan raga bisa disucikan. Padahal sesungguhnya mereka justru mengotori jiwa-jiwa mereka dengan dosa dan maksiat dan mereka telah menodai kehormatan bulan Ramadhan. Na’udzubillaahi min dzalik.

Keempat: Menyalakan Petasan
Hampir di setiap daerah ada tradisi menyalakan petasan. Tradisi ini biasanya dimulai dari menjelang Ramadhan hingga pada puncaknya nanti pada hari Idul Fitri sehingga bisa kita lihat para pedagang yang menawarkan komoditi dagang berupa petasan berjajar di pinggir-pinggir jalan, demikian juga di sebagian toko pun ada yang menawarkan barang yang serupa. Sehingga hari-hari Ramadhan yang seharusnya dilewati dengan suasana khusyuk berubah menjadi suasana “mencekam” lantaran suara ledakan petasan.
Ramadhan adalah bulan yang harusnya kita lalui dengan suasana dan kondisi nyaman yang bisa mendukung kita untuk khusyuk beribadah kepada Allah. Kita hendaknya bisa menjaga kenyamanan selama bulan Ramadhan. Perbuatan yang mengganggu kenyamanan publik adalah perbuatan yang tercela dalam agama kita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menggambarkan sifat seorang muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Sebaik-baik (kualitas) keislaman kaum mukminin adalah orang yang kaum muslimin merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya.” (HR. Ath-Thabrani)
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang sifat seorang muslim, yakni muslim yang bisa membawa dan menjaga keamanan dan kenyamanan. Keamanan dan kenyamanan bisa kita jaga jika kita bisa mengendalikan tangan dan lisan kita dari menyakiti orang lain. Dan menyalakan petasan itu merupakan perbuatan yang bisa mengganggu keamanan dan kenyamanan orang lain. Banyak kita dengar keluhan demi keluhan yang keluar dari lisan kaum muslimin terhadap petasan-petasan yang disulut yang mengeluarkan suara-suara yang menggelegar. Hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan. Ketika manusia akan istirahat pada malam harinya, ternyata mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang karena suara ledakan petasan yang dinyalakan.
Di samping itu, petasan juga membahayakan diri sendiri dan orang lain. Betapa seringnya kita mendengar dan melihat orang-orang yang celaka akibat petasan ini. Di antara mereka ada yang terluka, cacat bahkan mati lantaran ledakan petasan. Di samping kerusakan jiwa petasan juga menyebabkan kerusakan material, misal kebakaran.
Di antara kita mungkin ada yang berkata, “Kami menyalakan petasan yang tidak membahayakan jiwa dan material kok. Kami hanya menyulut kembang api kecil atau petasan-petasan kecil yang tidak membahayakan”, maka kami jawab bahwa baik petasan yang membahayakan ataupun tidak tetaplah membawa mudharat. Keduanya sama-sama merupakan pemborosan atau mubadzir terhadap harta. Dan Allah telah melarang kita untuk berperilaku mubadzir.
Allah berfirman (artinya), “Berikanlah kerabat dekat, orang miskin dan ibnu sabil hak mereka. dan jangan sekali-sekali bersikap tabdzir, sesungguhnya orang yang suka bersikap tabdzir adalah teman setan.” (QS. al-Isra’: 26 – 27)
Itu adalah lima contoh dari tradisi yang salah kaprah dalam menyambut Ramadhan. Saya tidaklah membatasi pada lima tradisi yang tersebut di atas karena masih begitu banyak tradisi yang tersebar di masyarakat di daerah yang berbeda-beda. Lima tradisi di atas hanyalah contoh dari tradisi-tradisi yang ada di masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan.
Hendaklah kita menyambut datangnya bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh para shahabat beliau radhiyallaahu ‘anhum.
Wallahu a'lam


Sumber artikel dari Aqil Azizi di:

Jumat, 31 Mei 2013

Melumpuhkan Orang yang Memiliki Ilmu Kekebalan


Ada sebuah riwayat mengenai ilmu kebal yang dimiliki al-­Harits ad-Dimasyqi yang muncul di Syam pada masa pemerintahan ‘Abdul Malik bin Marwan, lalu mengaku dirinya sebagai nabi. Setan-setan telah me­lepaskan rantai-rantai yang melilit di kedua kaki­nya, membuat tubuhnya menjadi kebal terhadap senjata tajam, menjadikan batu marmer bertasbih saat disentuh tangannya, dan ia melihat sekelompok orang berjalan kaki dan menunggang kuda terbang di udara seraya berkata ia adalah malaikat padahal jin.
Ketika kaum muslimin telah berhasil menang­kap al-Harits ad-Dimasygi untuk dibunuh, sese­orang menikamkan tombak ke tubuhnya, namun tidak mempan (punya ilmu kebal). Maka ‘Abdul Malik bin Marwan berkata kepada orang yang menikamnya itu: “Itu adalah karena engkau tidak menyebut Nama Alloh Ta’ala ketika menikamnya.” Maka ia pun mencoba lagi menikamnya dengan terlebih dahulu membaca bismillah dan ternyata tewaslah ia seketika.
Mengalahkan orang punya ilmu kebal cukup dengan menyebut nama Allah, sebab hakikatnya tipu saya setan itu lemah, Alloh berfirman: "Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah" (an nisa' : 76)
Allah tidak pernah memberikan ilmu kebal kepada para Nabi, sejak Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan para Nabi sendiri tidak pernah belajar ilmu kebal, tidak pula mengajarkan ilmu sejenis itu kepada ummatnya.
Sebagai contoh, pada Perang Uhud gigi Nabi Muhamad shallallahu 'alaihi wa sallam patah, bahkan beliau menderita luka-luka ketika masuk ke dalam sumur perangkap yang disediakan musuh. Nabi Yahya Alahissalam kepalanya dipenggal dan dijadikan mahar (maskawin) oleh raja kafir yang dzalim.
Sayyidina Hamzah ditombak oleh Wahsi seorang hamba sahaya milik Hindun, kemudian oleh Hindun jantung sayyidina Hamzah dicabik-cabik dengan penuh dendam. Sayyidina Umar ketika sedang shalat terbunuh dengan khonjir (semacam pisau belati) oleh Abu Lu’ Lu’ seorang majusi yang pura-pura masuk Islam.
Sayyidina Utsman bin Affan terbunuh oleh demonstran yang terhasut provokasi Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam. Padahal ketika itu sayyidina Utsman bin Affan sedang menjalankan ibadah shaum. Sayyidina Ali ditusuk oleh Abdurahman bin Muljan seorang khawarij.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa Allah tidak memberikan ilmu kebal kepada para Nabi sekalipun. Kalau kepada para Nabi saja tidak, apalagi kepada orang biasa.
Di Indonesia ini yang merupakan negeri yang subur akan syirik dan khurafat, ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu kebal ini. Adapun tatacara atau metode untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam tergantung dari praktisi tersebut.
Sebutlah Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca mantra, Salik dikabarkan mampu menyetrum manusia dengan kesaktian. Hasilnya, dalam sekejap, seseorang jadi superman. Pedang setajam apa juga tak akan mampu merobek kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan lantas mental jatuh ke tanah. Sedang panas api membara tak berdaya menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu. Syarat-syaratnya pun ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik buka praktek seperti dokter, pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu telah mengangkat hidup Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang untuk mengasapi dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana. Para langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok. Besarnya lebih dari Rp 10 ribu. “Duit itu memang bagian dari upacara pengisian kekebalan,” kata Salik. Sebelum dikerudungi kain putih, “calon orang kebal” harus minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sembari memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra saktinya. Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang tawaran ilmu. Namun, menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat dibanding Salik. Muridnya untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada jam 24.00. Mereka juga kudu menyelam sebanyak 49 kali. Entahlah, apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat, murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat jam 24.00. Menghadap ke arah timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada Allah. Barulah Sunarwi memberi jimat yang berbau kearab-araban (rajah).
Ada juga Ormas , yang mewajibkan pengikutnya untuk Puasa 40 hari untuk mendapatkan ilmu kebal sejata dan petasan. Secara sekilas, nampaknya ritual yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni berpuasa. Tapi betulkah seperti itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa lebih lanjut, maka akan timbul beberapa pertanyaan berkenaan ritual yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal ini, yakni:
Adakah puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi banyaknya puasa di bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu bulan penuh)? Setelah kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan tetapi coba perhatikan bilangan puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia sakti ini! Untuk mendapatkan ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama 40 hari!
Allaahulmusta’an.
Kemudian, hal lain yang perlu kita cermati adalah para manusia sakti tersebut diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa ilmu kebal ini. Apakah mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala yang mewajibkan puasa untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka memiliki Nabi dan Rasul yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu kebal? Jika mereka jawab tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan mensyari’atkan mereka untuk berpuasa selama 40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Puasa yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar dan puasa qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga puasa itu tidaklah wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman:
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS. Al-A’raf: 3)
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah. Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Sebanarnya Agama Syi'ah bathiniyah pertama kali yang membuat semua Ayat Al Qur'an dapat dijadikan jimat, ada juga beberapa ayat Al Qur'an Surat Yusuf, dibaca khusus untuk Pengasihan memikat lawan jenis, ajaran mereka ada juga tenaga dalam dengan menghentakkan tangan kanan ke depan sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami terhempas ke belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut hanya dengan melafadzkan ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) sambil menahan nafas.
Saya tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan melibatkan bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan mengamalkan amalan-amalan yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan tetapi setelah kita telisik lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Allah ta’ala berfirman:
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)
Satu-satunya Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak diberikan wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang dengan segala resiko fisik, bahkan resiko kematian.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah ajaran Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan berbagai ritual tidak lain dengan melibatkan bantuan jin yang mana meminta bantuan jin dalam hal seperti ini hukumnya haram.

Wallaahu a’lam bish-shawaab.


Saya kutib dari catatan: Ust Perdana Akhmad

 
Back To Top