Sejarah
Awal Terjadinya Hadis Maudhu’
Sejak masa Nabi dan masa Khulafaurrasyiddin atau
sebelum terjadinya konflik antara pendukung Ali dan Muawiyyah, hadis Nabi masih
bersih dan murni tidak terjadi pembauruan dengan kebohongan dan perubahan-perubahan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui akan adanya fitnah yang mengatas namakan
beliau, oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya agar tidak berdusta atas
nama beliau, sebagaimana sabda beliau:
“Barangsiapa
yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah bersiap-siap tinggal
di neraka.” (HR Bukhori)
Awal terjadinya hadis maudhu’ dalam sejarah, muncul
setelah terjadi konflik antar elit politik dan antara dua pendukung Ali dan
Muawiyyah, umat islam menjadi terpecah belah menjadi 3 bagian, yaitu Syi’ah,
Khowarij dan Jumhur Muslimin atau Sunni. Masing-masing mengklaim bahwa
kelompoknya yang paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing-masing ingin
mempertahankan kelompoknya dan mencari simpatisan masa yang lebih besar dengan
cara mencari dalil dari Al-Qur’an maupun Hadis Rasulullah. Jika tidak di
dapatkan ayat atau hadis yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba
menta’wilkan dan memberikan interpretasi yang terkadang tidak layak.
Ketika mereka tidak menemukan ayat-ayat Al-Qur’an atau
hadis yang mendukung tujuan partainya, sementara penghafal Al-Qur’an dan Hadis
masih banyak, maka sebagian dari mereka membuat hadis palsu (maudhu’), seperti
hadis-hadis tentang keutamaan Khalifah, pimpinan kelompok dan aliran-aliran
dalam agama. Pada masa ini tercatat dalam sejarah, masa awal terjadinya hadis
maudhu’ yang lebih disebabkan oleh situasi politik. Namun, yang perlu diketahui
pula, pada masa ini hanya sedikit jumlah hadis maudhu’ karena faktor
penyebabnya tidak banyak. Mayoritas faktor penyebab timbulnya hadis maudhu’
karena tersebarnya bid’ah dan finah. Sementara para sahabat justru menjauhkan diri
dari itu. Mereka sangat mencintai Rasulullah dan telah mengorbankan segala jiwa
raga dan harta bendanya untuk membela beliau dengan penuh ketulusan hati.
Mereka hidup bersama beliau selalu meneladani dan mempraktikan sunnah dengan
penuh kejujuran dan taqwa kepada Allah. Jadi, tidak mungkin mereka tidak
mungkin berbuat dusta kepada beliau dengan membuat hadis maudhu’
Dengan demikian juga pada masa tabi’in hadis di bawa
oleh para ulama besar yang diterima dari sahabat secara langsung. Mereka sangat
teguh beragama, bersungguh-sungguh dan berhati-hati dalam meriwayatkannya.
Sunah diingat, diriwayatkan dan dipraktekkan dalam kehidupan mereka dengan
sifat kejujuran dan kecerdasan mereka yang luar biasa. Maka hadis maudhu’ hanya
ditimbulkan dari sekelompok orang-orang bodoh yang bergelut dalam bidang
politik atau mengikuti hawa nafsunya untuk menghalalkan segala cara.
Sebab-Sebab
Terjadinya Hadis Maudhu’
Ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya hadis maudhu’ yaitu sebagai berikut:
1.
Faktor
Politik
Sebagaimana keterangan
diatas bahwa awal hadis maudhu’ ditimbulkan akibat dampak konflik internal
antar umat islam, awal yang kemudian menjadi terpecah ke beberapa sekte. Dalam sejarah
sekte pertama yang menciptakan hadis maudhu’ adalah syi’ah (ada sumber lain
yang mengatakan Zindiq berkedok syi’ah). Hal ini diakui oleh syi’ah sendiri,
misalnya seperti kata Ibnu Abu Al-Hadid dalam Syarah Nahju Al-Balaghah,
bahwa asal-usul kebohongan dalam hadis-hadis tentang keutamaan adalah sekte syi’ah.
Mereka membuat beberapa hadis maudhu’ untuk memusuhi lawan politiknya. Setelah hal
itu diketahui oleh kelompok Bakariyah, merekapun membalasnya dengan membuat
hadis mauhu’ pula.
Abu Al-Faraj bin Al-Jauzi
dan Amir Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Ajaj Al-Khatib berpendapat, bahwa
hadis-hadis shahih tentang keutamaan Ali sudah banyak, akan tetapi Syi’ahRafidhah tidak puas dengan itu, mereka membuat hadis maudhu’ dan tidak
ada seseorang yang didustakan pada umat ini seperti pendustaan terhadap Ali. Ali
dan ahlu bait orang-orang baik seperti Al-Hasan, Al-Husein, Muhammad bin Al-Hanafiyah,
Ja’far Ash-Shaddiq, Zaid bin Ali dan lain-lain. Mereka orang baik-baik, wara’
dan taqwa. Mungkin yang menciptakan hadis maudhu’ ini adalah orang-orang yang
mengatas namakan mereka dengan berlindung di paying Syi’ah.
Di antara kepentingan Syi’ah
dalam membuat hadis Maudhu’ adalah menetapkan wasiat Nabi bahwa Ali adalah
orang yang paling berhak menjadi khalifah setelah beliau dan menjatuhkan lawan-lawan
politiknya yaitu Abu Bakar, Umar dan lain-lain. Misalnya:
“Wasiatku, tepat rahasiaku, khalifahku pada keluargaku dan sebaik orang
yang menjadi Khalifah setelahku adalah Ali.”
Contoh lain:
“Hai Ali, sesungguhnya Allah mengampunimu, anak keturunanmu, kedua
orangtuamu, keluargamu dan orang-orang dan orang-orang yang menghidupkan Syi’ahmu.”
Kemudian dibalas oleh sekte
Sunni, dengan hadis yang di-maudhu’-kan pada Abdullah bin Abu Aufa berkata: Aku
melihat Nabi duduk bersandar pada Ali kemudian Abu Bakar dan Umar datang maka
Nabi bersabda:
“Hai Abu Al-Hasan, cintai mereka, maka dengan mencintai mereka engkau
masuk syurga.”
Sekte Khawarij lebih bersih
dari pe-maudhu’an hadis, karena menurut mereka berbohong termasuk dosa besar dan
pelaku dosa besar dihukumi kafir. Oleh karena itu, mereka paling bersih dalam
periwayatan hadis. Sebagaimana kata Abu Dawud: “Tidak ada di antara kelompok
hawa nafsu yang lebih shahih hadisnya daripada Khawarij.”
2.
Dendam
Musuh Islam
Setelah Islam merontohkan
dua negate super power yakni kerajaan romawi dan Persia. Islam tersebar ke
segala penjuru, sementara musuh-musuh islam tersebut tidak mampu melawannya
secara terang-terangan, maka mereka meracuni islam melalui ajarannya dengan
memasukkan beberapa hadis maudhu’ ke dalamnya, yang dilakukan oleh kaum Zindiq.
Hal ini dilakukan karena agar umat islam lari padanya dan agar mereka melihat,
bahwa ajaran-ajaran islam itu menjijikan. Misalnya apa yang diriwayatkan
mereka:
“Bahwa segolongan orang
Yahudi datang pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya: Siapakah yang memikul arsy? Nabi menjawab: yang memikulnya
adalah singa-singa dengan tanduknya sedangkan bimasakti di langit keringat
mereka. Mereka menjawab: Kami bersaksi bahwa engkau utusan Allah.”
Abu Al-Qasim Al-Balkhi
berkata: “Demi Allah ini dusta, umat islam telah ijma’ bahwa yang memikul arsy
adalah para malaikat”. Hammad bin Zahid menerangkan bahwa orang-orang Zindiq
telah membuat hadis maudhu’ sebanyak 14.000 hadis palsu. Diantara mereka Abdul
Karim bin Abu Al-Auja yang mengaku sebelum dibunuh: “Demi Allah aku telah
membuat hadis maudhu’ sebanyak 4.000 buah, didalamnya aku haramkan yang halal
dan aku halalkan yang haram”. Ia dibunuh pada masa Khalifah Muhammad bin
Sulaiman bin Ali, Amir Bashrah (160-173 H) masa Abbasiyah.
3.
Fanatisme
Kabilah, Negeri atau Pimpinan
Umat islam pada masa
sebagian Daulah Umawiyah sangat menonjol fanatisme Arabnya sehingga orang-orang
non arab merasa terisolasi dari pemerintahan, maka di antara mereka ada yang
ingin memantapkan posisinya dengan membuat hadis maudhu’. Misalnya seorang yang
fanatic pada kabilah Persia, mereka merasa Persialah yang paling baik, demikian
bahasanya seraya berkata:
“Sesungguhnya bahasa makhluk di sekitar arsy adalah bahasa Persia.”
Untuk mengimbangi hadis
maudhu’ di atas, muncullah dari lawannya yang fanatic bahasa Arab:
“Bahasa yang dimurkai Allah adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni
syurga adalah bahasa arab.”
Demikian fanatisme dalam
madzab Imam Hanafi, mengangkat madzab mereka adalah yang paling benar sehingga
merendahkan madzab lain seperti madzab Imam Syafi’i :
“Ada pada umatku seorang laki-laki bernama Muhammad bin Idris lebih
berbahaya atas umatku dari pada iblis dan ada pada umatku seorang laki-laki
bernama Abu Hanifah dia menjadi lampunya umatku.”
4.
Tukang
Cerita
Sebagian tukang cerita ingin
menarik perhatian para pendengarnya yaitu orang-orang awam agar banya
pendengar, penggemar dan pengundangnya dengan memanfaatkan profesinya itu untuk
mencari uang, dengan cara memasukkan hadis maudhu’ kedalam propagandanya. Tukang
Cerita ini popular pada abad ke 3 H yang duduk di masjid-masjid dan di
pinggir-pinggir jalan, diantara mereka terdiri dari kaum Zindik dan orang yang
berpura-pura jadi orang alim. Tetapi pada tahun 279 H masa pembai’atan kholifah
Abbasiyah Al-Mu’tashim mereka itu dilarang berkeliaran di masjid-masjid dan di jalan-jalan
tersebut.
Tukang Cerita itu membuat beberapa
periwayatan yang seolah-olah dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan menempelkan sanad seolah-olah hadis benar dari Rasulullah. Contohnya
mereka menggambarkan syurga dengan suatu illustrasi yang menajubkan. Suatu ketika
Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in shalat di masjid Ar-Rashafah kemudian
melihat seorang yang menceritakan hadis yang diperoleh dari mereka (tetapi
tukang cerita ini tidak mengenal Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in)
dari Abdul Razzaq dari Ma’mar dari Qatadah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang membaca “Tiada Tuhan selain Allah” maka Allah
menciptakan dari setiap kata seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya
dari marjan.”
Imam Ahmad bin Hambal dan
Yahya bin Ma’in berembuk dan berkata: “Demi Allah, aku tidak pernah mendengar
hadis ini melainkan sekarang ini”. Setelah selesai bercerita, tukang
cerita itu dipanggil –dia berfikir akan diberi hadiah uang – ditanya dari mana
anda mendapatkan hadis tersebut? Ia menjawab dari Imam Ahmad bin Hambal dan
Yahya bin Ma’in. Saya Yahya bin Ma’in dan ini Imam Ahmad bin Hambal, kami tidak
pernah mendengar hadis ini dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Lantas ia menjawab: “Aku mendengar bahwa Yahya bin Ma’in itu bodoh dan aku
tidak pernah membuktikannya selain sekarang . . . ” Imam Ahmad bin Hambal
meletakkan tangan di atas mukanya dan di perintahkan meninggalkan majlis
tersebut lalu berdiri dan pergi.
5.
Mendekatkan
dengan Kebodohan
Diantara tujuan mereka membuat
hadis maudhu’ adalah agar umat cinta kebaikan dan menjauhi kemungkaran,
mecintai akhirat dan menakut-nakuti dari adzab Allah. Hal ini terji pada
sebagian orang bodoh dalam agama tapi shaleh dan zuhud. Diantara mereka Ghulam
Khalil, nama terkenal zahid (wafat 275 H). Ketika dikonfirmasikan oleh Abu Abdullah
An-Nahawandi tentang ciptaan hadisnya, ia menjawab: “Aku buat hadis ini agar
lunak dihati orang umum”. Mereka ini sangat berbahaya karena mereka orang
shaleh dan sebagian periwayatan hadisnya diterima oleh sebagian orang. Demikian
juga yang dilakukan oleh Maysarah bin Abdu Rabbih yang diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dalam kitab Adh-Dhu’afa dari Ibnu Mahdi berkata: “Aku katakan kepada Maysarah bin Abdu Rabbih dari mana engakau dapatkan
hadis-hadis ini: Barangsiapa yang membaca
begini maka akan dapat begini? Ia menjawab: Aku buat hadis itu agar manusia mencintainya.”
Mereka pemalsu hadis jika
ditanya pada umumnya menjawab:
“Kami tidak mendustakan atas Rasul, sesungguhnya kamu dustakan untuknya.”
Jawaban ini adalah ungkapan
bodoh dan konyol yang tidak peduli pendustaan kepada Rasul. Padahal syari’at
dan hadis Rasul yang shahih sempurna tidak perlu ada pendustaan.
6.
Manjilat
Penguasa
Diantara mereka ada yang
ingin mendekati penguasa dengan cara membuat hadis palsu yang sesuai dengan apa
yang dilakukannya untuk mencari legalitas, bahwa ungkapan itu hadis Rasulullah,
misalnya yang dilakukan Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i ketika masuk ke istana
Al-Mahdi yang sedang bermain burung merpati. Ghiyats berkata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak ada perlombaan kecuali pada anak panah atau unta atau kuda dan
atau pada burung.
Pada mulanya ungkapan itu
memang hadis Rasulullah tetapi aslinya tidak ada kata “burung”. Karena ia
melihat Khalifah sedang bermain burung merpati, maka hadis tersebut ditambah “atau
pada burung”. Al-Mahdi ketika mendengar hadis palsu itu member hadiah
10.000 dirham kepadanya, tetapi setelah mengetahui bahwa Ghiyats berdusta,
burung tersebut disembelih dan berkata: “Aku bersaksi pada tengkokmu bahwa ia
adalah penduta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
7.
Perbedaan
(Khilafiyah) dalam Madzab
Masalah khilafiyah dalam
fiqih juga mendorong terbuatnya hadis maudhu’ yang dilakukan oleh sebagian
pengikut madzab yang fanatic terhadap madzabnya, misalnya:
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam ruku’, maka tidak sah
shalatnya.”
Menurut Adz-Dzahabi, pemalsu
hadis ini adalah Ma’mun bin Ahmad. Masalah mengangkat tangan pada saat
ruku’atau bangun dari ruku’ dan atau perpindahan gerakan shalat bersamaan
takbir intiqal (takbir karena perpindahan gerak dalam shalat) memang terjadi
khilafiyah antara madzab, ada yang
mewajibkan seperti pendapat Al-Auza’I dan ada yang menilai sunnah tidak wajib
sebagaimana mayoritas ulama. Tetapi sekalipun bagi yang tidak mengangkat tangan
tidak menilai ke-maudhu’-an hadis seperti yang dilakukan oleh madzab
Al-Hanafiyah. Madzab ini hanya menilai satu hadis yang diriwayatkan oleh
Mujahid dari Ibnu Umar.
Wallahu A’lam
Selamat, blog anda terindex di Gudang TV Directory
BalasHapushttp://bloggerdirektori.gudang.tv/2013/05/httpbrianmuslimblogspotcom.html
Happy Blogging
punya cara checking yg mudah?
BalasHapusafwan, maksud anda bagaimana?
Hapussaya gak faham
punya data hadits maudhu? Dgn kemajuan telematika kini, mestinya tak sulit mencari pemalsuan. Mengapa tak bikin pusat identitifikasi asli, aspal, dan palsu? Kata "Waspada", mestinya sdh dalam bentuk IT dong syaikh. Manusia palsu hingga duit palsu, dewasa ini dgn mudah diiden, mengapa hadits yg cuma ribuan, tak bisa? Malah tak ditemukan alat pendeteksinya di Internet. Itu menyedihkan. Membiarkan khianat menjadi-jadi, juga tak kalah jahat toh? Bikin Pusat Indentifikasi Hadits, Syaikh, okay?
BalasHapusehmm, maksud anda begitu
Hapussudah ada kajian mengenai hadis maudhu' dan itu sudah di lakukan oleh para ulama terdahulu
sehingga kita umat islam saat ini, itu tinggal memetik buahnya saja, dengan kata lain semuanya sudah di bukukan oleh para ulama-ulama terdahulu dan kita tinggal membacanya saja
in shaa allah, jika ada waktu luang lagi saya akan memposting nama-nama pemalsu hadis dan kitab-kitab hadis maudhu'
dan jangan panggil saya syaikh, saya bukan seorang syaikh
saya hanyalah seorang penuntut ilmu ^_^
Keren gan postingannya.
BalasHapusSangat bermanfaat, apalagi buat umat islam.
Terus berkarya gan
Selama ini saya belum mengetahui kenapa bisa ada hadis yang maudhu', ternyata ada faktor-faktor yang mempengaruhinya..
BalasHapusSyukron, postingan yang sangat bermanfaat..