Berdakwah merupakan
perkataan yang paling mulia sebagaimana firman-Nya :
"Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri." (QS Fushilat: 33)
Dan walhamdulillah
dibandingkan di dunia nyata, dakwah di dunia maya mempunyai beberapa kelebihan
:
1.
Murah, tidak mengeluarkan ongkos
transportasi dan lain-lain kecuali untuk berlangganan internetnya.
2.
Lintas Waktu, artikel atau posting
seseorang bisa dibaca kapan saja.
3.
Tanpa beban perasaan, berbeda
dengan dakwah di mimbar yang mungkin ada resiko yang berbeda.
4.
Lintas benua, artikel dakwah kita
bisa dinikmati hingga penjuru dunia.
Agar
dakwah kita di dunia maya berhasil maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1.
Ikhlas antara
pujian dan celaan
Yang paling penting sebelum berdakwah, adalah meluruskan niat karena
Allah ta’ala, bahwa kita berdakwah untuk mewarnai bukan diwarnai. Termasuk juga
jangan ikut-ikutan memberi laqab, jika dari komentar-komentar kita karena
ketidak sukaannya ada yang memberikan panggilan yang buruk kepada kita. Bila
mereka memberikan komentar "dasar wahabi', "dasar jenggot', biarkan
saja karena hal tersebut biasa dalam dakwah. Dulu Rasulullah shallalalhu
'alaihi wasallam pun juga sering diberikan gelar-gelar yang buruk seperti
tukang sihir atau orang gila.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata :
"Beliau [rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam] tidak pernah membalas suatu kesalahan yang dilakukan orang
kecuali bila keharaman-keharaman Allah 'azza wajalla dilanggar, beliau membalas
karena Allah 'azza wajalla." [HR. Muslim no. 2328, ] dan dalam riwayat al-Bukhary no.
6786 :
"Demi Allah, beliau tidak
pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar,
beliau marah karena Allah."
Allah Ta'ala berfirman :
"Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
teman yang sangat setia." (QS. Fushilat : 34)
Ustadz Arifin Baderi mengisahkan ada orang yang selalu mencaci beliau,
namun beliau bersabar menghadapinya dengan membalas "terima kasih telah
mengunjungi FP atau postingan saya", karena orang yang selalu mencari
kesempatan untuk mencaci dalam komentar-komentar sebenarnya dia rindu kepada
kita, walhamdulillah, seiring berjalannya waktu, lama-lama, dari orang tersebut
kemudian berubah, dari cacian sekarang menjadi memberikan pujian.
Termasuk tanda bila kita sudah keluar dari dakwah yang seharusnya, bila :
a. Suka dengan pujian.
b. Tujuannya sudah tidak lillah tapi
ke-aku-an.
c. Membalas makian dengan makian.
Orang yang ikhlas berdakwah karena Allah ta’ala, maka akan sama baginya
antara dipuji atau pun dicaci. Ia tidak merasa untung dengan pujian atau pun
rugi karena cacian. Ia tidak menanti pujian dan tidak gentar dengan makian.
Bila kita tidak siap dimaki, maka jangan buka komentar, dikhawatirkan akan
mengganggu keikhlasan.
2.
Kuasa Emosi Anda
Merupakan perkara yang susah dalam berdakwah, karena kita cenderung
membalas dengan yang sama bahkan lebih.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha berkata :
"Sekelompok orang Yahudi datang
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka mengucapkan;
"As-Saamu 'alaika (Kebinasaan atasmu)." Beliau menjawab: 'Wa 'alaikum
(Dan atas kalian juga).' Kemudian Aisyah berkata; 'As-Saamu 'alaikum
wala'anakumullah wa ghadziba 'alaikum (Semoga kebinasaan atas kalian, dan
laknat Allah serta murka Allah menimpa kalian).' Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Pelan-pelan wahai Aisyah, hendaklah kamu berlemah
lembut dan janganlah kamu kasar atau berkata keji.' Aku berkata; 'Apakah anda
tidak mendengar apa yang diucapkan mereka? ' Beliau bersabda: 'Apakah kamu
tidak mendengar ucapanku, sebenarnya aku tadi telah menjawabnya, maka do'aku
atas mereka telah dikabulkan, sementara do'a mereka atasku tidak akan
terkabulkan.'
(HR. al-Bukhari no. 6401)
Perhatikan, bahwa Nabi shalallalhu 'alaihi wasallam membalasnya sekali
dan sepadan, namun Aisyah radhiyallahu 'anha karena tidak bisa menguasai
emosinya beliau membalas mendoakannya tiga kali. Padahal doa mereka (orang
Yahudi) tidaklah dikabulkan, dan doa mukmin atas mereka dikabulkan. Dan
pentingnya kelembutan dalam berdakwah bisa kita lihat di dalam hadits lain,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya kelembutan tidak ada pada
sesuatu kecuali akan membuatnya indah dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali
membuatnya rusak.” (HR. Muslim no. 2594)
Perhatikan bagaimana Ali bin Abi Thalib bersikap terhadap mereka yang
memeranginya, dalam Mushonnaf Abdurrazzaq nomor 18656, dari Al-Hasan :
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu ditanya tentang al-haruriyah
(khawarij), mereka bertanya, "Ya Amirul Mu'minin, apakah mereka itu
orang-orang kafir?" Belia menjawab, "Mereka menjauhi kekufuran."
Kemudian beliau ditanya, "Apakah mereka munafiq?" Beliau menjawab,
"Sesungguhnya orag munafiq itu tidak mengingat Allah kecuali sedikit,
sedangkan mereka banyak mengingat Allah." Ditanyakan kembali, "Lalu
siapakah mereka?" Beliau menjawab, "Mereka kaum yang terjerumus dalam
fitnah, sehingga mereka itu tuli dan buta."
Di riwayat lain, ketika ditanya tentang yang memeranginya di perang
Jamal, Ali radhiyallahu 'anhu berkata :
"Mereka masih saudara kita
yang bertindak zhalim terhadap kita." [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 7/535]
Termasuk menguasai emosi adalah kita tidak melayani komentar-komentar
ahlul bid'ah dan orang jahil. Termasuk kebodohan, jika kita akhirnya capek
sendiri meladeni mereka terus menerus. Allah ta’ala berfirman :
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan." (QS al-Furqan: 63)
3.
Melakukan Hal 3
dan Menjauhi 3 Hal
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tiga hal yang menyelamatkan
:
1. Takut kepada Allah di saat sunyi dan
ramai
2. Berlaku adil di saat senang dan marah
3. Sederhana di saat miskin dan kaya
dan tiga hal yang membinasakan :
1. Hawa nafsu yang diikuti
2. Bersikap kikir
3. Membanggakan diri sendiri." [Shahihul Jami' no. 3039]
4.
Persiapkan
Baik-Baik
Persiapkan apa yang akan kita tulis, jangan asal tulis, jangan pernah
menulis kecuali yang baik karena semuanya akann dimintai pertanggung jawaban
oleh Allah Azza wa Jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika
mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ke Yaman, beliau bersabda :
"Engkau akan mendatangi kaum ahli
kitab."
(HR. al-Bukhori no. 4347)
5.
Kenali Sasaran
Anda
Pertimbangkan dahulu siapa saja yang akan membaca artikel atau posting
kita. Gunakanlah bahasa awam, bukan bahasa kajian. Jika bahasa kajian, maka
hanya teman kita yang faham saja yang akan membacanya. Pertimbangkan juga efek
dari tulisan kita, menimbulkan efek positifkah atau justru negatif. Juga
hindari bahasa menyalahkan, sehingga timbul kesan "antum [kelompok antum]
ini maunya benar sendiri.". Mendahulukan tarbiyah daripada tashfiyah.
Ingat, bahwa status/artikel kita lebih mirip ibarat jala ketimbang pancing,
yang semua ikan bisa masuk. Begitu juga yang membaca dakwah kita, dari orang
yang masih jahil, hingga yang memusuhi dakwah.
Ali radhiyallahu 'anhu berkata :
"Berbicaralah dengan manusia
sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya
didustakan?" [HR. al-Bukhori no. 127]
6.
Waspadai Opini
Publik
Mewaspadai opini publik terutama dari saudara-saudara kita yang belum
memahami dakwah sehingga menimbulkan image yang buruk. Lihat opini yang timbul
di luar, "Tuh sesama ustadz saling menghajr."
Lihat kisah yang diberitakan oleh sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu, suatu
ketika dalam satu peperangan -sekali waktu Sufyan mengatakan; Dalam suatu
perkumpulan pasukan- tiba-tiba seorang laki-laki dari kalangan Anshar mendorong
seseorang dari Anshar, maka sang Anshar pun menyeru, "Wahai orang-orang
Anshar." Dan sang Muhajir pun berkata, "Wahai orang-orang
Muhajirin." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mendengar hal itu,
maka beliau bersabda: "Kenapa panggilan-panggilan Jahiliyyah itu masih
saja kalian lestarikan?" para sahabat pun berkata, "Wahai Rasulullah,
seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang dari Anshar."
Akhirnya beliau bersabda: "Tinggalkanlah, karena hal itu adalah sesuatu
yang busuk." Abdullah bin Ubbay yang mendengar hal itu berkata,
"Lakukanlah hal itu. Demi Allah, jika kita kembali ke Madinah, niscaya
orang-orang mulia akan mengusir orang-orang hina darinya." Berita ungkapan
itu pun sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian Umar berdiri,
"Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk menebas leher seorang munafik
ini." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Biarkanlah ia, sehingga
orang-orang tidak berkomentar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya." (HR.
al-Bukhori no. 4905, 4907, Muslim no. 2584)
Yang dimaksud manusia disini adalah orang-orang non muslim, karena di
kalangan shahabat sendiri sudah mafhum bahwa Abdullah bin Ubbay adalah seorang
munafik. Jadi yang dikhawatirkan adalah bagaimana opini dari Yahudi dan Nasrani
seandainya Abdullah bin Ubay dibunuh... [Allahu a'lam]
7.
Hindari Umpatan
dan Makian
Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan :
"Seorang laki-laki meminta
izin kepada Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam, beliau lalu bersabda:
"Izinkanlah dia masuk, amat buruklah saudara 'Asyirah (maksudnya kabilah)
ini atau amat buruklah Ibnul Asyirah (maksudnya kabilah) ini." Ketika
orang itu duduk, beliau berbicara kepadanya dengan suara yang lembut, lalu aku
bertanya; "Wahai Rasulullah, anda berkata seperti ini dan ini, namun
setelah itu anda berbicara dengannya dengan suara yang lembut, Maka beliau
bersabda: "Wahai 'A`isyah, sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di
sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia karena
takut akan kekejiannya." [HR. al-Bukhori no. 6131, Muslim no. 2591]
8.
Awas! Jangan
Kacaukan Dakwah
Hindari bahasa menyerang, karena akan berhadapan dengan saudara sendiri,
dan itu akan merugikan dakwah. Jangan sampai update status kita justru membuat
orang lari dari dakwah.
'Uqbah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu berkata :
Seseorang mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; Aku
sengaja melambatkan diri pada shalat shubuh karena si fulan yang memperlama
shalatnya bersama kami. Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam begitu marah seperti saat itu, beliau bersabda; "Wahai sekalian
manusia! Sesungguhnya diantara kalian ada yang membuat orang lari. Siapa saja
diantara kalian yang mengimami shalat hendaklah mempercepat karena diantara
mereka ada yang lemah, tua dan punya keperluan." [HR. Ahmad no. 22344,
menurut syaikh al-Arnauth sanadnya shahih sesuai syarat asy-Syaikhani]
9.
Pahami Syari'at
Targhib dan Tarhib
Proporsional dalam memotivasi (targhib) dan memberikan warning (tarhib),
jangan langsung kita memberikan warning.
Allah Ta'ala berfirman :
(Mereka Kami utus) selaku
rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa : 165)
Dalam tafsir ath-Thabari [juz 9 hal. 195] disebutkan :
Seorang wanita datang kepada Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu,
dia bertanya perihal wanita berzina kemudian hamil lalu ia membunuh anak hasil
zinanya. Abdullah bin Mughaffal menjawab, "Apa untuknya? Untuknya
neraka!" Wanita tersebut segera berpaling sambil terisak-isak menangis.
Maka Abdullah bin Mughaffal memanggilnya kembali seraya berkata, "Tidaklah
aku melihat urusanmu kecuali salah satu dari dua hal : "Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (an-Nisa': 110) kemudian wanita tersebut mengusap matanya dan
segera pergi.
Lihat juga hadits yang disampaikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
:
"Bahwasanya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menunggang kendaraan sementara Mu'adz membonceng di
belakangnya. Beliau lalu bersabda: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz
menjawab: "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Beliau
memanggil kembali: "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab: "Wahai
Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Hal itu hingga terulang tiga kali,
beliau lantas bersabda: "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, tulus dari
dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka." Mu'adz
lalu bertanya: "Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang,
sehingga mereka bergembira dengannya?" Beliau menjawab: "Nanti mereka
jadi malas (untuk beramal)." Mu'adz lalu menyampaikan hadits itu ketika
dirinya akan meninggal karena takut dari dosa." (HR. al-Bukhori no. 128)
Semoga bermanfaat
Maraji :
a.
Makalah seminar dari ustadz M.
Arifin Baderi [Seni Berdakwah di Dunia Maya]
b.
Catetan yang tidak lengkap dan
ingatan yang mudah lupa.
c.
Maktabah Syamilah, ebook hadits,
pustaka hadits 9 imam (lidwa)
Pemateri
: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA
Penulis :
Akhi Agung Supriyanto