Sepasang suami istri,
ikhwan dan akhwat, berjalan kaki bersama sambil tertawa dan bercanda ria. Dari
kejauhan, mereka melihat ada dua ekor kucing tengah berjalan beriringan. Ibu
kucing dan anaknya yang masih kecil. Si kucing kecil berjalan di belakang,
mengikuti ibunya. Sangat lucu.
“Wah, lihat Mas…, ada kucing kecil lagi sama ibunya…” ujar sang istri
dengan gembira sambil menunjuk dua ekor kucing yang terlihat dari kejauhan.
Saat sudah dekat dengan
kucing-kucing itu, mereka menyapa,
“Hai… Puss… Puss…”
Si kucing kecil terlihat
berlari riang, dan bercanda dengan ibunya. Ia meloncat kian kemari dan hendak
menyebrang jalan raya. Sebuah sepeda motor melintas melewati jalan itu.
“Aduh… awas Puss!… Nanti
ketabrak lho..”, ujar sang istri pada si kucing kecil.
“Alhamdulillah tidak
kena…” Seru mereka berdua.
“Hati-hati Puss…, jangan nyebrang-nyebrang lagi ya.” Mereka menyapa dengan
melambai-lambaikan tangan pada si kucing kecil.
Kucing kecil itu menatap dua manusia di hadapannya.
“Alhamdulillah ya kucingnya tidak ketabrak…” ujar istri pada suaminya
sambil tertawa senang. Mereka melanjutkan perjalanan. Si kucing kecil kembali
ke pinggir jalan dan berjalan di belakang ibunya sambil sesekali mengajak
bercanda sang ibu.
Si kucing kecil berlari lagi ke tengah jalan… Ah.. kucing itu tidak akan
tertabrak, bukankah dia kucing yang gesit, pikir sang akhwat. Dari kejauhan,
sebuah motor melaju dengan kencang. Sambil tetap berjalan, ekor mata akhwat dan
ikhwan tersebut tetap memperhatikan gerak si kucing kecil. Tapi, perkiraan
mereka salah. “Awas…” seru mereka dalam hati.
“KREKK!!” Kejadian begitu cepat. Sepeda motor itu tepat menabrak dan
menggilas si kucing kecil yang tengah berlari menyebrang ke tengah jalan.
“Kucingnya ketabrak!!..” Kedua insan itu terperanjat.
Badan si kucing kecil gemetar dan kepalanya yang semula tegak, terkulai
perlahan ke aspal jalan raya.
“Puss… !”
Kucing kecil yang beberapa detik lalu sangat riang, tiba-tiba kini terkulai
tak bergerak.
Ah…, Puss….
Dan ibu kucing kecil itu sendirian. Tak ada lagi anaknya yang menemani
perjalanan.
Senyum dan tawa ikhwan akhwat itu hilang seketika. Terdiam. Menjadi
teringat diri. Dunia menjadi kecil. Ingin segera bertaubat. Sujud. Bisa saja,
saat sedang tertawa bercanda, ternyata sedetik lagi diri ini dicabut nyawa oleh
Malaikat Izrail. Persis seperti kucing itu.
Begitu mudahnya Ia mencabut nyawa makhluk-Nya dan begitu indah serta halus
cara Ia memberikan teguran, peringatan, kepada hamba-hamba-Nya. Melalui seekor
kucing.
Sambil terus menyusuri jalan, terngiang sabda Rasulullah SAW di benak
mereka, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya, “Bahwa malaikat maut
memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika
Izrail datang melihat wajah seseorang, didapati orang itu ada yang masih
tertawa. Maka berkata Izrail, “Alangkah herannya aku melihat orang ini
sedangkan aku diutus oleh Allah Ta’ala untuk mencabut nyawanya tetapi dia masih
bergelak tawa.”
Dan juga dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan pasti
akan banyak menangis, pasti kamu tidak akan bersenang-senang dengan istri kamu
di atas kasur dan pasti kamu akan keluar dari rumahmu menuju tanah lapang
sambil menjerit-jerit karena takut kepada Allah.”
Lama.., aku bersimpuh di hadapan-Mu.. Begitu khusyu
Tak tahan jua air mataku mengalir tanda penyesalanku
Kini aku sadari begitu banyak dosa mematri
Akankah hamba layak dipuji
Sedangkan diri kecil tak berarti
Besar rahmat-Mu penuh dengan ampunan…
Namun kumalu karena hati telah lalai
Kekal azab-Mu penguasa seluruh alam
Tersujud aku memohon keridhoan
Allah… Ya Allah…
Kau Pengasih, Kau penyayang
Allah…. Ya Allah
Kau Pelindung, Kau pengampun
Pada-Mu ya Allah kami serahkan
Segala ujian, karunia-Mu
Kuatkanlah iman dan kesabaran
Berikan ampunan dalam hidupku Ya Allah….
Subhanalloh... Ataghfirullah...
BalasHapusterimakasih telah mengingatkan tentang kematian.
sungguh bergetar kulit ini mengingat betapa terlalu sedikit bekal yang baru dipersiapan untuk menghadapNYa.