1.
Nasab dan Pertumbuhan
Beliau
Beliau adalah Asy-Syaikh Al-Imam Al-Mujaddid Syaikhul Islam
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
Rasyid bin Barra bin Musyrif At-Tamimi.
Kelahiran Beliau
Beliau rahimahullah dilahirkan pada tahun 1115 dari Hijrah
Nabi shalallahu alahi wasalam di kota ‘Uyainah yang masih masuk wilayah Najd,
sebelah barat dari kota Riyadh, jaraknya dengan kota Riyadh sekitar perjalanan
70 km.
Pertumbuhan Beliau
Beliau tumbuh dan besar di negeri ‘Uyainah dan menimba ilmu
di sana. Beliau hafal Al-Qur’an sebelum umur 10 tahun. Beliau seorang yang
jenius dan cepat memahami. Di bawah asuhan bapaknya sendiri beliau belajar
fikih mazhab Hambali, Tafsir, Hadits, Aqidah dan beberapa bidang ilmu syar’i
serta bahasa. Beliau sangat menaruh perhatian besar terhadap kitab-kitab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim rahimahumallah,
sehingga beliau terpengaruh oleh keduanya dan berjalan di atas jalan mereka
dalam mementingkan masalah Aqidah yang benar, mendakwahkannya, membelanya dan
memperingatkan dari perbuatan menyekutukan Allah, bid’ah serta khurafat.
2.
Perjalanan Beliau dalam
Menuntut Ilmu
Beliau mengadakan rihlah (perjalanan) menuju Mekkah untuk
menunaikan kewajiban haji dan mencari bekal ilmu syar’i. Kemudian beliau rihlah
ke Madinah Nabawiyyah dan di sana bertemu dengan dua syaikh yang alim lagi
mulia, yang mana keduanya mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan beliau,
mereka adalah Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif An-Najdi dan Asy-Syaikh
Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi. Lantas beliau rihlah ke Bashrah dan beliau
mendengarkan hadits, fikih dan membacakan nahwu kepada gurunya sampai
menguasainya. Kemudian beliau rihlah ke daerah Ahsa’ dan bertemu dengan
syaikh-syaikh Ahsa’, di antaranya Abdullah bin Abdul Lathif seorang hakim.
3.
Kiprah Beliau dalam
Menyerukan Tauhid
Beliau pulang ke daerah Huraimala’, karena ayah beliau
dulunya seorang hakim di ‘Uyainah, lantas terjadi pertentangan antara beliau
dengan pemimpin ‘Uyainah sehingga beliau pindah ke Huraimala’ pada tahun 1139
dan menetap di sana menyeru kepada tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan
sampai ayah beliau meninggal pada tahun 1153 H.
Lantas sebagian orang-orang jelek lagi jahat melakukan
konspirasi untuk mencelakakan beliau disebabkan beliau senantiasa mengingkari
kefasikan dan kejahatan mereka, sampai-sampai mereka hendak membunuh beliau.
Kemudian beliau beritahukan perihal mereka kepada beberapa orang sehingga
akhirnya mereka lari. Lalu setelah konspirasi tersebut berhasil menyudutkan
Asy-Syaikh, beliau pun berpindah ke ‘Uyainah dan beliau tawarkan dakwahnya
kepada pemimpin ‘Uyainah yang ketika itu pemimpinnya adalah Utsman bin Ma’mar.
Pimpinan ‘Uyainah pun menyambut beliau, membantunya,
mendukungnya dan bersama dengan beliau menghancurkan kubah Zaid bin Al-Khatthab
dan menghancurkan beberapa kubah serta kubur yang dibangun, bahkan bersama
beliau merajam seorang wanita yang datang mengaku telah berzina padahal dia
muhshan (telah pernah menikah).
Ketika beliau menghancurkan kubah dan melakukan rajam dalam
masalah zina, maka menjadi masyhurlah perkara beliau dan tersiarlah reputasi
baik beliau. Masyarakat pun mendengar tentang beliau, dan berdatangan dari berbagai
daerah sekitarnya membantu beliau sehingga semakin besarlah kekuatan beliau.
Kemudian, sampailah berita perbuatan Asy-Syaikh menghancurkan
kubah dan kubur serta penegakan hukum had kepada pemerintah Ahsa’ dan
sekutu-sekutunya. Hal ini membuat pemerintah Ahsa’ merasa khawatir terhadap
kerajaannya dan memerintahkan kepada Utsman bin Ma’mar untuk membunuh
Asy-Syaikh atau mengusirnya dari ‘Uyainah. Jika tidak dilakukan, maka akan
diputus upeti darinya. Maka Utsman bin Ma’mar akhirnya menerima desakan ini dan
memerintahkan Asy-Syaikh agar keluar dari ‘Uyainah dan beliaupun keluar darinya
menuju Dir’iyyah. Hal itu terjadi pada tahun 1158 H.
Di Dir’iyyah beliau singgah sebagai tamu Muhammad bin
Suwailim Al-‘Uraini, lantas pemimpin Dir’iyyah Muhammad bin Su’ud mengetahui
akan kedatangan Asy-Syaikh. Dan disebutkan bahwa yang memberitahukan kedatangan
Asy-Syaikh adalah isteri Ibn Su’ud sendiri.
Beberapa orang shalih mendatangi wanita tersebut dan berkata
kepadanya,
“Beritahukan kepada Muhammad (Ibn Su’ud) tentang orang ini! Semangatilah dia untuk mau membelanya dan beri motivasi kepadanya agar mau mendukung serta membantunya.”
“Beritahukan kepada Muhammad (Ibn Su’ud) tentang orang ini! Semangatilah dia untuk mau membelanya dan beri motivasi kepadanya agar mau mendukung serta membantunya.”
Istri Muhammad adalah seorang wanita yang shalihah lagi
bertaqwa. Ketika sang amir Muhammad bin Su’ud pemimpin Dir’iyyah dan sekitarnya
masuk menemui istrinya, istrinya pun berkata kepadanya:
“Bergembiralah dengan ghanimah (anugerah) yang besar ini. Ini
adalah ghanimah yang Allah kirimkan kepadamu, seorang lelaki yang menyeru
kepada agama Allah, menyeru kepada
Kitabullah, menyeru kepada sunnah Rasulullah. Sungguh betapa ghanimah yang
begitu besar. Bersegeralah menerimanya, bersegeralah menolongnya, dan jangan
kamu berhenti saja dalam hal itu selamanya.”
Sang amir pun menerima saran istrinya dan sungguh bagus apa
yang dilakukannya rahimahullah. Amir pergi ke kediaman Muhammad bin Suwailim
Al-‘Uraini dan berkata kepada Asy-Syaikh:
“Bergembiralah dengan pertolongan dan bergembiralah dengan
keamanan.”
Maka Asy-Syaikh berkata kepadanya:
“Dan Anda juga bergembiralah dengan pertolongan, bergembiralah
dengan kekokohan dan kesudahan yang terpuji. Ini adalah agama Allah, siapa yang
menolongnya niscaya Allah akan menolongnya. Siapa yang mendukungnya niscaya
Allah akan mendukungnya.”
Kemudian amir berkata kepada Asy-Syaikh:
“Aku akan membaiatmu di atas agama Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan Allah. Akan tetapi aku khawatir jika kami telah mendukungmu
dan membantumu lantas Allah memenangkanmu atas musuh-musuh Islam lantas engkau
menginginkan selain bumi kami dan berpindah dari kami ke tempat lain.”
Maka Asy-Syaikh menanggapinya:
“Bentangkan tanganmu, aku akan membaiatmu bahwa darah dibalas
dengan darah, kehancuran dengan kehancuran dan aku membaiatmu untuk tetap
tinggal bersama kalian dan aku tidak akan keluar dari negerimu selamanya.”
Demikianlah, Asy-Syaikh tinggal di Dir’iyyah dalam keadaan
dihormati dan didukung sepenuhnya, menyeru kepada tauhid dan memperingatkan
dari syirik. Orang-orang pun berdatangan, baik secara berkelompok maupun
individu. Beliau mengajarkan Aqidah, Al-Qur’an Al-Karim, Tafsir, Fikih, Hadits,
Musthalah Hadits, berbagai ilmu bahasa Arab dan Tarikh.
Beliau biasa berkirim surat dengan para ulama dan umara dari
berbagai negeri dan penjuru, menyeru mereka kepada agama Allah sehingga
tersebarlah dakwah beliau. Setelah itu semakin banyaklah kedengkian, mereka
lantas berhimpun dan bersatu menentang beliau. Maka amir mengobarkan jihad
dengan pedang dan tombak, dan peristiwa itu terjadi pada tahun 1158 H.
Asy-Syaikh membantunya sampai akhirnya dakwah beliau tersebar
menyeluruh sampai ke penjuru alam dan gaungnya masih senantiasa bergema sampai
hari ini.
4.
Sanjungan para ulama
terhadap beliau
Para ulama betul-betul mengenal Imam ini dan memberikan
pujian kepadanya, bahkan mereka sampai menulis biografi tentangnya. Di antara
mereka adalah Asy-Syaikh Husain bin Ghanam. Beliau banyak menulis tentang
Asy-Syaikh, memujinya dan menyebutkan kisah perjalanan hidupnya dalam kitab
Raudhatul Anzhar wal Afham.
Di antara mereka juga Asy-Syaikh Utsman bin Bisyr, yang
memujinya dalam kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikhi Majdin, dan Asy-Syaikh Mas’ud
An-Nadqi menulis tentang beliau dalam kitab yang diberi judul Al-Mushlih
Al-Mazhlum.
Di antara yang memuji beliau juga orang alim dari Yaman yaitu
Muhammad bin Isma’il Al-Amir Ash-Shan’ani dalam sebuah qoshidah panjang yang
awalnya:
“Salam bagi Najd dan orang yang tinggal di Najd
Meskipun salamku dari kejauhan ini tiada berguna
Sungguh aku telah mendatangkan siraman kehidupan dari kaki
bukit Shan’a
Dia didik dan dia hidupkan dengan tertawanya guntur
Aku berjalan seperti orang yang digerakkan mencari angin,
jika kuberjalan
Wahai putera Najd kapan engkau akan beranjak dari Najd
Perjalananmu dan para penduduk Najd mengingatkanku akan Najd
Sungguh sepak terjangmu menjadikanku semakin cinta
Selamanya, dan bertanyalah kepadaku tentang seorang alim yang
singgah di negeri Najd
Dengannya terpetunjuk orang yang dulunya sesat dari jalan
yang lurus
Muhammad yang memberikan petunjuk kepada sunnah Ahmad
Muhammad yang memberikan petunjuk kepada sunnah Ahmad
Alangkah indahnya yang memberi petunjuk dan alangkah indahnya
yang diberi petunjuk.”
Sampai beliau berkata:
“Sungguh telah datang berita darinya
bahwa dia mengembalikan
kepada kita syariat yang mulia dengan apa
yang ditampakkannya
Dan dia sebarkan secara terang-terangan apa
yang disembunyikan oleh setiap orang bodoh
Dan ahli bid’ah, sehingga sesuailah dengan apa yang aku punya
Dia dirikan tiang-tiang syari’at yang dulunya roboh
Monumen-monumen yang padanya manusia tersesat dari petunjuk
Dengannya mereka mengembalikan makna Suwa dan yang semisalnya
Yaghuts dan Wadd, betapa jelek Wadd itu
Sungguh mereka menyebut-nyebut namanya ketika terjadi
kesusahan
Sebagaimana seorang yang terpepet memanggil Dzat
tempat bergantung lagi Maha Esa
Betapa banyak sembelihan yang mereka persembahkan di
pelatarannya
disembelih untuk selain Allah secara terang-terangan
disengaja
betapa banyak orang yang thawaf di sekitar kubur sambil
mencium
dan mengusap pojok-pojoknya dengan tangan”
(Diwan Ash-Shan’ani, hal 128-129)
Di antara ulama yang memuji beliau juga Al-‘Allamah Muhammad
bin ‘Ali Asy-Syaukani tokoh hakim di wilayah Yaman sebagaimana dalam kitabnya
Al-Badru Ath-Thali’ tentang biografi Ghalib bin Musa’id sang amir Mekkah.
Beliau berkata dalam komentarnya terhadap sebagian risalah Asy-Syaikh:
“Itu merupakan risalah-risalah yang bagus yang memuat
dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan bahwa yang menjawabnya merupakan
ulama peneliti yang benar-benar paham terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah.”
Kemudian beliau melantunkan sajak-sajak kesedihan setelah
wafatnya syaikh.
Al-‘Allamah Ibnu Badran berkata tentang beliau dalam kitabnya
Al-Madkhal hal. 447:
“Seorang alim yang komitmen terhadap atsar dan imam yang
besar, Muhammad bin Abdul Wahhab. Beliau melakukan rihlah untuk menuntut ilmu
dan para ahli hadits di masanya memberikan ijazah kepada beliau untuk meriwayatkan
kitab-kitab hadits dan yang lainnya. Ketika kantong penyimpanannya telah penuh
dari atsar dan ilmu sunnah, serta menguasai mazhab Ahmad, beliau mulai membela
al-haq dan memerangi bid’ah, serta menentang ajaran yang disusupkan oleh
orang-orang bodoh ke dalam agama ini.”
Adapun ulama masa kini yang memberikan sanjungan kepada
beliau di antaranya Asy-Syaikh Ibnu Baaz, Asy-Syaikh Al-Albani, Asy-Syaikh Ibnu
‘Utsaimin dan guru kami Al-Wadi’i rahimahumullah.
Dan di sini aku senang menyebutkan sebagian pujian guruku
Al-Imam Al-Wadi’i terhadap Asy-Syaikh Al-Imam Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah ditanya
-sebagaimana dalam Al-Mushara’ah hal. 400- tentang dakwah Asy-Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab, maka beliau berkata:
“Adapun dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sungguh
merupakan dakwah yang diberkahi. Dan jika engkau membaca kitab beliau Kitab
At-Tauhid, maka engkau akan dapati beliau berdalil dengan Al-Qur’an dan hadits
nabi. Sama saja apakah dalam bab menggantungkan jimat-jimat dan rajah-rajah,
bab berdoa kepada selain Allah, ataupun dalam bab peringatan keras dari
membangun kubur. Engkau dapati beliau berdalil dengan ayat Al-Qur’an atau
hadits nabi, sungguh Allah telah memberikan manfaat kepada Islam dan muslimin
dengan sebab dakwah beliau…”.
Sampai beliau berkata:
“Maksudnya bahwa dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dirasakan manfaatnya oleh kaum muslimin. Betapa banyak kaum muslimin yang Allah
selamatkan dari kesesatan, bid’ah dan khurafat dengan sebab kitab-kitab beliau
rahimahullah”.
Beliau berkata pada hal 402:
“Siapa yang ingin mengetahui dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab maka aku nasehatkan untuk membaca Ad-Durar As-Saniyah sehingga
seakan ia duduk mendampingi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kami
nasihatkan sebelumnya untuk membaca kitab-kitab beliau dan setelah itu kami
nasihatkan agar membaca Ad-Durar As-Saniyyah agar engkau ketahui
risalah-risalah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh beliau adalah
seorang yang melakukan perbaikan, tetapi banyak difitnah.”
Beliau berkata pada hal 410:
“Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah adalah imam yang
memberi petunjuk”.
Juga pada hal 412 beliau ditanya tentang penyebutan kata
Syaikhul Islam bagi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab apakah itu berlebihan
atau memang berhak beliau menyandangnya? Maka beliau menjawab:
“Nampaknya beliau memang berhak menyandangnya. Sungguh Allah
telah memberikan manfaat kebaikan yang banyak dengan sebab dakwahnya. Allah
berkahi dakwahnya dan kaum muslimin mengambil manfaat darinya. Wallahul
musta’an (Dan Allah-lah Tempat Meminta Pertolongan.)”
5. Guru-guru Beliau
1. Ayah beliau sendiri Asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman.
2. Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif, yaitu ayah
Asy-Syaikh Ibrahim bin Abdullah pengarang kitab Al-‘Adzbu Al-Faidh fi ‘Ilmil
Faraidh.
3. Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim As-Sindi.
4. Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmu’i Al-Bashri.
5. Asy-Syaikh Musnid Abdullah bin Salim Al-Bashri.
6. Asy-Syaikh Abdul Lathif Al-Afaliqi Al-Ahsa’i.
6. Murid-murid Beliau
1. Al-Imam Abdul Aziz bin Su’ud.
2. Al-Amir Su’ud bin Abdul Aziz bin Sulaiman.
3. Putra-putra beliau sendiri, Asy-Syaikh Husain, Asy-Syaikh
Ali, Asy-Syaikh Abdullah dan Asy-Syaikh Ibrahim.
4.
Cucu beliau Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Hasan, penulis kitab Fathul Majid.
5.
Asy-Syaikh Muhammad bin
Nashir bin Ma’mar.
6.
Asy-Syaikh Abdullah
Al-Hushain.
7.
Asy-Syaikh Husain bin
Ghannam.
7. Karya-karya Beliau
Beliau mempunyai banyak karya tulis yang dengannya Allah
berikan manfaat kepada alam islami, di antaranya:
1.
Kitabut Tauhid.
2.
Ushulul Iman.
3.
Kasyfusy Syubhat.
4.
Tsalatsatul Ushul.
5.
Mufidul Mustafid fi
Kufri Tarikit Tauhid.
6.
Mukhtashar Fathul Bari.
7.
Mukhtashar Zadul Ma’ad.
8.
Masa’il Jahiliyyah.
9.
Fadhailush Shalah.
10.
Kitabul Istimbath.
11.
Risalah Ar-Radd ‘ala
Ar-Rafidhah, yaitu risalah ini.
12.
Majmu’atul Hadits.
Dan sebagian besarnya telah tercetak dalam kumpulan
karya-karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1398 H di Riyadh di
bawah pengawasan Jami’ah Al Imam Muhammad bin Su’ud.
8. Wafat beliau
Beliau rahimahullah wafat pada hari Jum’at di akhir bulan
Dzulqa’dah tahun 1206 H pada umur 71 tahun setelah melakukan jihad yang
panjang, berdakwah menyerukan kebaikan, mengadakan perbaikan, menyebarkan ilmu
dan pengajaran. Kemudian beliau dimakamkan di pekuburan Dir’iyyah, semoga rahmat
Allah terlimpah atasnya. Banyak dari para penyair yang melantunkan bait-bait
kesedihannya, di antara mereka adalah:
- Asy-Syaukani dalam qasidahnya yang panjang, di antara
ucapannya:
“Musibah menimpa kalbuku, berkobar kegundahanku
Dia mengenai titik mematikanku dengan anak panah yang sangat
menyakitkan
Dunia tertimpa musibah dengan kepergiannya, menjadi berdebu
wajahnya
Dan meninggi bendera-bendera suatu kaum yang dulunya rendah
Sungguh telah wafat gunungnya ilmu, poros penggiling
tertinggi
Dan pusat peredaran orang-orang terkemuka lagi mulia
Imamnya petunjuk, penghapus kebodohan, pembungkam kezhaliman
Dan penghilang dahaga dari luapan ilmu…
Muhammad pemilik kemuliaan yang begitu mulia apa yang telah
dicapainya
Dan agung kedudukannya untuk bisa disusul oleh orang yang
menghambatnya
Sungguh Najd menjadi bercahaya dengan pancaran sinarnya
Dan tegaklah tempat-tempat petunjuk dengan dalil-dalilnya
Tertimpa musibah dengan kepergiannya, terlepas nafas terakhir
ruhku
Dan untuk memikul beban ini, terasa lelah punggung bawah dan
punggung atasku
Sadarlah wahai orang yang mencela Asy-Syaikh apa yang engkau
cela darinya
Sungguh engkau telah mencela suatu kebenaran
Lantas engkau pergi membawa kebatilan
Sadarlah kalian, sadarlah dia bukannya seorang penyeru
Kepada agama nenek moyang dan kabilahnya
Dia hanya menyeru kepada Kitabullah dan sunnah yang
Datang membawanya Thaha , Nabi, sebaik-baik orang yang
berbicara
(Silahkan melihat Diwan Asy-Syaukani hal. 160 cet. Darul
Fikr)
- Asy-Syaikh Husain bin Ghannam juga melantunkan bait
kesedihannya dalam qasidah panjang yang mana awalnya:
Hanya kepada Allah kami memohon untuk menyingkap segala
kesusahan
Dan tiada tempat memohon selain kepada Allah Al-Muhaimin
Telah tenggelam mataharinya pengetahuan dan petunjuk
Sehingga mengalirlah darah di pipi dan bercucuranlah air
mataku
Seorang imam yang manusia tertimpa musibah dengan
kehilangannya
Dan terus mengelilingi mereka berbagai musibah menyakitkan
dengan perpisahannya
Menjadi kelam segala penjuru negeri sebab kematiannya
Dan menimpa mereka kesulitan mengerikan yang menyedihkan
Sebuah bintang yang jatuh dari ufuk dan langitnya
Sebuah bintang yang terkubur di tanah berlembah sunyi
Bintang keberuntungan yang bersinar cahayanya
Dan bulan purnama yang mempunyai tempat terbit di tempat
sebelah kanan
Dan waktu subuh yang sinarnya menerangi manusia
Sehingga kelamnya kegelapan setelah itu menjadi lenyap.
Wallahu A'lam
Dinukil dari kitab: Ar-Radd ‘alal Rafidhah, tahqiq
Abdurrazzaq An-Nahmi
0 komentar:
Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih