Selasa, 24 Maret 2015

Petunjuk Ketika Mendengar Kentut


Suasana tenang akan mendadak berubah tatkala suara kentut terdengar di suatu tempat. Tipe suaranya yang khas kerap kali sukses memecah keheningan dan mengundang perhatian orang-orang yang tengah serius dengan kesibukannya. Keadaan pun menjadi riuh dan gaduh.
Walaupun merupakan bagian yang normal dari sistem pencernaan dalam tubuh manusia, kentut atau gas buang pencernaan menyebabkan munculnya respon yang bermacam-macam. Menertawakan atau tersenyum-senyum termasuk salah satu respon yang kerap disaksikan terhadap pelaku buang gas yang kadang tidak terdeteksi.
Orang yang mengeluarkan kentut di tengah orang banyak pastilah akan mengalami rasa malu yang besar, apalagi bila orang-orang menertawakan dirinya. Kehormatan bisa terkikis gara-gara angin yang bersuara tersebut tidak dapat terkontrol saat keluar. Dan seorang wanita akan mengalami malu yang lebih besar dan raut mukanya akan memerah malu jika kedapatan buang angin atau kentut.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati orang-orang yang tertawa ketika mendengar suara kentut orang lain. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Mengapa salah seorang dari kalian menertawakan sesuatu yang ia perbuat (juga)” (HR. Al-Bukhari no. 4942 dan Muslim no. 2855)
Kalau memang setiap orang juga mengeluarkan kentut, mengapa ia tertawa ketika mendengarnya dari orang lain?. Seseorang mestinya tertawa terhadap sesuatu yang ia sendiri tidak melakukannya. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur orang-orang yang tertawa-tawa karena mendengar suara kentut, karena suara itu juga keluar dari mereka, dan dialami oleh kebanyakan orang.
Semestinya, seseorang menjaga kehormatan orang lain, bukan justru mempermalukannya.
Pada sebagian masyarakat, orang-orang tidak peduli ketika mendengar seseorang mengeluarkan kentut di tengah mereka dan mereka pun tidak merasa malu saat melakukannya juga. Mereka memandang keluarnya suara kentut tidak berbeda dengan suara bersin, batuk dan semisalnya. Namun, pada masyarakat lain, mereka memang ‘merespon’ suara tersebut.
Untuk itu, perlu kiranya kita mendengar perkataan Imam Nawawi rahimahullahsaat menjelaskan pelajaran dari hadits diatas :
“Dalam hadits (ini) terdapat larangan (bagi seseorang) menertawakan kentut yang didengar dari orang lain. Seyogyanya bersikap pura-pura tidak tahu, dan melanjutkan pembicaraan dan kesibukan yang sebelumnya dilakukan, tanpa menoleh atau tindakan lainnya, dan menampakkan seolah-olah tidak mendengarnya. Sikap ini memuat adab yang mulia dan pergaulan yang baik (dengan orang lain)”. (Syarh Shahih Muslim XVII/188).
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah menegaskan : “Engkau tertawa dan membuat orang lain malu, ini tindakan yang tidak patut”.
Beliau rahimahullah melanjutkan : “Hadits ini juga memuat satu petunjuk bahwa tidak seyogyanya seseorang mencela orang lain dengan sesuatu yang ia juga melakukannya. kalau engkau tidak mencela dirimu dengan kekurangan itu, mengapa engkau mencela kekurangan itu pada saudara-saudaramu?”. (Syarh Riyadhus Shalihin 1/657)
Termasuk tindakan yang tidak patut dilakukan oleh kaum Muslimin. Apabila berkumpul, mereka saling berbalas suara kentut dan kemudian tertwa-tawa setelah itu. Sebab, hal ini tidak sejalan dengan Muru’ah (nilai kesopanan) dan akhlak yang mulia. (Lihat Fatawa al-Lajnah ad-Daimah XXXVI/112) Wabillahi taufiq.


Sumber : Di sini 

0 komentar:

Jangan lupa tinggalkan komentar anda disini dan gunakan kata-kata yang baik dalam berkomentar
dan saya menolak debat kusir
terima kasih

 
Back To Top